Nama : Muhammad
Fitriansyah
Tempat Tanggal Lahir
: Surabaya, 17 Mei 1988
Alamat Rumah
: Jl. Sukodono 5 no.
5, Surabaya
Alamat Kantor
:
(Juventus
Shop Surabaya)
Jl.
Brigjend Katamso II no. 21 B, Rt. 22, Rw. 05, Waru, Sidoarjo
Riwayat
Pendidikan
:
-
-Sd
Al Khoiriah I, Surabaya
-
-Smp
11 Surabaya
- - MAK
Tahfidz Al Amin Prenduan, Sumenep, Madura
-
-Jurusab
Tafsir Hadizt Kelas Internasional, Fakultas Sosiologi, IAIN Sunan Ampel,
Surabaya
Bisnis Jersey
Juventus Beromzet 10 Juta Per Bulan
Sebuah
kegemaran bila ditekuni dan dikembangkan melalui dengan kreativitas maka dapat
menghasilkan keuntungan. Contohnya seorang pemuda 24 tahun asal Sukodono,
Sidoarjo, seorang gila bola dan fans
berat klub Italia, Juventus, mampu menghasilkan omzet laba bersih sekitar 10
juta setiap bulan. Terbukti, faktor usia yang masih relatif muda tidak
menghalangi seseorang untuk menjadi kreatif dan inovatif.
Muhammad
Fitriansyah namanya. Dalam lingkungan sekitar rumahnya ia dikenal sebagai sosok
pengusaha muda yang menekuni bisnis jual-beli jersey dan aksessoris Juventus.
Dalam lingkungan komunitas Juventini (sebutan untuk fans Juventus) di Surabaya,
bahkan Indonesia, namanya lebih mentereng lagi. Ia dikenal karena produk-produk
jerseynya yang memiliki kualitas bagus yang tidak kalah dengan produk-produk
jersey terkemuka.
“Jika
ditanya alasan mengapa saya suka Juventus, karena saya memang terlahir sebagai
Juventini,” ucapnya filosofis.Ia lalu menjelaskan bahwa semenjak Sd, di
lingkungan pergaulannya banyak kawan-kawannya yang menjadi Juventini. Maka
iapun penasaran dan mencoba untuk menyaksikan Juventus saat bertanding melalui
Tv. Alhasil, karena terpukau dengan penampilan Juventus yang ciamik, iapun menggilai klub berjuluk Nyonya Tua itu hingga saat ini.
Naluri
bisnisnya tumbuh sejak ia ditugasi untuk menjaga usaha warnet milik ayahnya.
Sebagai penjaga warnet, ia menjadi akrab dengan internet dan jejaring sosial. Lewat
internet, ia selalu mengikuti perkembangan berita tentang klub kesayangannya
itu. Melalui jejaring sosial, ia mengakrabkan diri dengan sesama Juventini
setanah air. “Melihat banyaknya jumlah Juventini yang tersebar di berbagai
daerah di Indonesia, saya jadi berpikir, bila saya memiliki bisnis yang
berhubungan dengan Juventus, maka komunitas Juventini yang tersebar di berbagai
daerah dapat menjadi pasar yang potensial,” ujarnya. Maka tercetuslah ide untuk
membuat distro yang dinamakan ‘Juventus Shop Surabaya’, yang menjual
barang-barang berbau Nyonya Tua.
Diceritakannya
bahwa pada saat pertama kali merintis usaha, ia bekerjasama dengan
kawan-kawannya yang memiliki keahlian jahit, bordir, desain dan sablon.
Bermodalkan Rp.500 ribu, ia menerapkan strategi promosi desain jersey lewat
jejaring sosial dan membuka sesi pre-order, sesi transfer dan sesi produksi.
“Artinya, dalam sesi pre-order itu saya upload foto disain jersey melalui
jejaring sosial untuk menjaring pemesan. Selanjutnya orang yang tertarik akan
menjadi pemesan dan kami wajibkan untuk mentransfer uangnya terlebih dahulu
dengan DP minimal 50%. Setelah itu kami melakukan sesi produksi dan akhirnya
sesi pengiriman,” ujar sulung tiga bersaudara itu. Ia kembali memaparkan bahwa
modal awal Rp. 500 ribu itu banyak digunakan untuk menalangi biaya produksi
pemesanan-pemesanan awal.
Seiring
dengan berjalannya waktu, penghasilan yang cukup lumayan rupanya tak membuat
kawan-kawan Muhammad Fitriansyah termotivasi untuk lebih mengembangkan
usahanya. “Beberapa diantara mereka mungkin terlena dengan keuntungan yang
besar, jadi kawan-kawan saya dulu cenderung menyepelekan segala sesuatunya.
Kecenderungan semacam itu berdampak pada molornya sesi produksi yang saat itu
sempat membuat beberapa pelanggan kecewa,” ujarnya. Mengetahui masalah itu, ia
memutuskan untuk tidak menjalin kerjasama dengan beberapa kawannya itu dan ia
memutuskan untuk menghandle semuanya sendirian. Ia mulai belajar untuk memotong
kain pesanan dan menyablon desain. Keuntungan yang didapatnya digunakan untuk
membeli alat sablon.
“Terbukti,
bila dikerjakan sendiri, maka akan cepat dan tidak molor. Itu karena saya
bersemangat dan mau untuk terus maju. Sayapun tidak pernah terlena dengan
keuntungan yang didapat. Saya akan terus berusaha untuk lebih mengembangkan
usaha saya,” ujar pengusaha muda yang juga mahasiswa semester akhir itu.
Bagaimana
caranya mendapat pelanggan yang sangat banyak? Ia menjelaskan bahwa ia aktif
dalam menjalin keakraban dengan para pelanggannya. Terutama dalam melakukan
promosi, ia aktif untuk berkawan dengan sesama Juventini dan
komunitas-komunitas Juventini yang tersebar di seluruh Indonesia melalui
jejaring sosial.. “Saya akrab dengan ketua Juventini pusat di Jakarta. Selain
itu di berbagai daerah lain juga akrab. Dari situ saya juga melakukan promosi
produk saya dengan cara saya upload di wall facebook mereka,”. Usaha memasarkan
produk berbau Juventus itu rupanya cukup berhasil. Kegemaran yang sama dan
jalannya bisnis yang lancar dan jujur antara penjual dan pembeli itu rupanya
menambah keakraban diantara mereka. Otomatis usaha milik Muhammad Fitriansyah
semakin berkembang dan tak pernah kehilangan pelanggan.
Total
pelanggannya saat ini mencapai ratusan. Tercatat, dari berbagai wilayah, Sabang
sampai Merauke pernah memesan kaos dan hingga saat ini menjadi pelanggan
setianya. “Terutama teman-teman Juventini dari Semarang, Bitung, Manado dan
Lombok, kalau pesan bisa sampai berlusin-lusin,” ujarnya.
Ditanya
mengenai filosofi bisnis, pengusaha muda itu dengan mantap menjawab, “Kepuasan
anda adalah kebahagiaan kami!,” ujarnya. Artinya, dalam menjalankan suatu
usaha, harus diperhatikan mutu dan kualitas produk karena semua itu berkaitan
dengan kepuasan dan kepercayaan pelanggan. “Jangan sekali-kali mengecewakan
pelanggan, sebab bila sekali saja mereka kecewa, maka mereka tidak akan kembali
lagi,” tambahnya.
Kesuksesan
yang telah diraih di masa muda rupanya tak membuat pria kelahiran Surabaya, 17
Mei 1988 itu berhenti disitu. Banyaknya fans klub sepakbola diluar Juventus
membuatnya melirik pangsa pasar fans klub lain. “Saat ini saya sedang
menelurkan produk-produk di luar Juventus, diantaranya jersey klub-klub besar
seperti Real Madrid, AS Roma, AC Milan, Barcelona dan Manchester United,”
ujarnya. Ia juga menyatakan bahwa ia sedang merencanakan untuk mengembangkan
usaha ke arah bisnis di luar jersey, yakni memproduksi kaos-kaos dengan disain
unik yang sesuai dengan selera masa kini.
Itulah
keyakinan yang dipegang oleh Muhammad Fitriansyah. Dalam perjalanan karier
bisnisnya, ia selalu mendermakan sebagian hasil keuntungannya untuk kepentingan
infaq. Ia juga berpegang teguh pada Al Quran yang menyebutkan bahwa jika
seseorang berinfaq, maka rejeki untuknya akan dilipatgandakan. “Setiap bulan
saya selalu menambah jumlah infaq saya. Semisal bulan pertama saya infaq Rp.100
ribu, maka minggu berikutnya akan saya tambah sebesar Rp.200 ribu, begitu
seterusnya. Karena saya yakin bahwa semua yang kita miliki sebenarnya bukan
milik kita sepenuhnya, namun milik Tuhan dan adalah sebagian kepunyaan kita
adalah hak bagi mereka, orang-orang yang membutuhkan uluran tangan,” tandasnya.
Selain
berinfaq, ia juga tak segan-segan untuk membantu kawan atau sesamanya yang
kesulitan dalam mencari pekerjaan. Ia menekankan kepada kawan-kawannya itu
untuk membuat usaha sendiri dan jangan bergantung kepada orang lain. Selama ini
ia aktif mengajari kawan-kawannya tentang bagaimana cara membuat usaha yang
berkaitan dengan kaos, jersey dan semacamnya. Iapun juga memberi pelatihan
tentang shop online, yakni bagaimana
cara melakoni bisnis dengan cara online. “Sampai saat ini ada banyak kawan saya
yang berhasil. Diantaranya ada yang melakoni bisnis kaos musik dan juga jersey.
Salah satu dari mereka bahkan berhasil membidik pangsa pasar OI (fans Iwan
fals) dan fans Noah. Merupakan kebanggaan bagi saya melihat teman saya dapat
berhasil, karena berbagi ilmu adalah hal yang wajib kita lakukan agar orang
lain juga dapat menjadi sukses dan berhasil,” paparnya.
Selain
kawan-kawannya, ia juga mengajari salah satu adik sepupu dan adik kandungnya.
Adik sepupunya bernama Muhammad Afid (25) kini juga menjadi pengusaha muda yang
aktif berbisnis jersey berbau klub Italia Inter Milan. Sedangkan adiknya, juga
sukses menjadi pengusaha jersey berbau klub Italia AC Milan. “Nama usaha milik
Muhammad Afid adalah ‘Shop Inter Milan’, sedangkan adik saya nama usahanya
‘Milanisti Base Camp’. Cek saja di facebook. Mereka berdua juga cukup sukses,”
ujarnya sambil tersenyum.
Apa
yang dijalaninya itu tidak lain didasari oleh rasa keprihatinan terhadap
dirinya sendiri. Sebab ia merasa bahwa semenjak Tk sampai Sma, ia selalu
menggantungkan uang saku dari penghasilan orangtua. Sebagai anak sulung, ia
merasa memiliki tanggung jawab untuk bisa mandiri dan dapat membantu
perekonomian keluarga. “Saya meyakinkan diri saya bahwa saya bisa mandiri dan
bisa memiliki penghasilan sendiri agar tidak selalu bergantung pada orangtua.
Alhamdullilah usaha saya membuahkan hasil dan dapat membanggakan kedua orangtua
saya,” pungkasnya.
*Tulisan ini pernah dimuat di Harian Sore Surabaya Post.
*Tulisan ini pernah dimuat di Harian Sore Surabaya Post.