Jumat, 16 Agustus 2013

Juventini Pebisnis Muda: Jersey dan Aksesoris Juventus Beromzet 10 Juta perbulan





Nama                                      : Muhammad Fitriansyah

Tempat Tanggal Lahir         : Surabaya, 17 Mei 1988

Alamat Rumah                      : Jl. Sukodono 5 no. 5, Surabaya

Alamat Kantor                      :  

(Juventus Shop Surabaya)
Jl. Brigjend Katamso II no. 21 B, Rt. 22, Rw. 05, Waru, Sidoarjo

Riwayat Pendidikan                         :

-          -Sd Al Khoiriah I, Surabaya
-          -Smp 11 Surabaya
-         - MAK Tahfidz Al Amin Prenduan, Sumenep, Madura
-          -Jurusab Tafsir Hadizt Kelas Internasional, Fakultas Sosiologi, IAIN Sunan Ampel, Surabaya


Bisnis Jersey Juventus Beromzet 10 Juta Per Bulan

Sebuah kegemaran bila ditekuni dan dikembangkan melalui dengan kreativitas maka dapat menghasilkan keuntungan. Contohnya seorang pemuda 24 tahun asal Sukodono, Sidoarjo, seorang gila bola dan fans berat klub Italia, Juventus, mampu menghasilkan omzet laba bersih sekitar 10 juta setiap bulan. Terbukti, faktor usia yang masih relatif muda tidak menghalangi seseorang untuk menjadi kreatif dan inovatif.

Muhammad Fitriansyah namanya. Dalam lingkungan sekitar rumahnya ia dikenal sebagai sosok pengusaha muda yang menekuni bisnis jual-beli jersey dan aksessoris Juventus. Dalam lingkungan komunitas Juventini (sebutan untuk fans Juventus) di Surabaya, bahkan Indonesia, namanya lebih mentereng lagi. Ia dikenal karena produk-produk jerseynya yang memiliki kualitas bagus yang tidak kalah dengan produk-produk jersey terkemuka.

“Jika ditanya alasan mengapa saya suka Juventus, karena saya memang terlahir sebagai Juventini,” ucapnya filosofis.Ia lalu menjelaskan bahwa semenjak Sd, di lingkungan pergaulannya banyak kawan-kawannya yang menjadi Juventini. Maka iapun penasaran dan mencoba untuk menyaksikan Juventus saat bertanding melalui Tv. Alhasil, karena terpukau dengan penampilan Juventus yang ciamik, iapun menggilai klub berjuluk Nyonya Tua itu hingga saat ini.

Naluri bisnisnya tumbuh sejak ia ditugasi untuk menjaga usaha warnet milik ayahnya. Sebagai penjaga warnet, ia menjadi akrab dengan internet dan jejaring sosial. Lewat internet, ia selalu mengikuti perkembangan berita tentang klub kesayangannya itu. Melalui jejaring sosial, ia mengakrabkan diri dengan sesama Juventini setanah air. “Melihat banyaknya jumlah Juventini yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, saya jadi berpikir, bila saya memiliki bisnis yang berhubungan dengan Juventus, maka komunitas Juventini yang tersebar di berbagai daerah dapat menjadi pasar yang potensial,” ujarnya. Maka tercetuslah ide untuk membuat distro yang dinamakan ‘Juventus Shop Surabaya’, yang menjual barang-barang berbau Nyonya Tua.

Diceritakannya bahwa pada saat pertama kali merintis usaha, ia bekerjasama dengan kawan-kawannya yang memiliki keahlian jahit, bordir, desain dan sablon. Bermodalkan Rp.500 ribu, ia menerapkan strategi promosi desain jersey lewat jejaring sosial dan membuka sesi pre-order, sesi transfer dan sesi produksi. “Artinya, dalam sesi pre-order itu saya upload foto disain jersey melalui jejaring sosial untuk menjaring pemesan. Selanjutnya orang yang tertarik akan menjadi pemesan dan kami wajibkan untuk mentransfer uangnya terlebih dahulu dengan DP minimal 50%. Setelah itu kami melakukan sesi produksi dan akhirnya sesi pengiriman,” ujar sulung tiga bersaudara itu. Ia kembali memaparkan bahwa modal awal Rp. 500 ribu itu banyak digunakan untuk menalangi biaya produksi pemesanan-pemesanan awal.

Seiring dengan berjalannya waktu, penghasilan yang cukup lumayan rupanya tak membuat kawan-kawan Muhammad Fitriansyah termotivasi untuk lebih mengembangkan usahanya. “Beberapa diantara mereka mungkin terlena dengan keuntungan yang besar, jadi kawan-kawan saya dulu cenderung menyepelekan segala sesuatunya. Kecenderungan semacam itu berdampak pada molornya sesi produksi yang saat itu sempat membuat beberapa pelanggan kecewa,” ujarnya. Mengetahui masalah itu, ia memutuskan untuk tidak menjalin kerjasama dengan beberapa kawannya itu dan ia memutuskan untuk menghandle semuanya sendirian. Ia mulai belajar untuk memotong kain pesanan dan menyablon desain. Keuntungan yang didapatnya digunakan untuk membeli alat sablon.

“Terbukti, bila dikerjakan sendiri, maka akan cepat dan tidak molor. Itu karena saya bersemangat dan mau untuk terus maju. Sayapun tidak pernah terlena dengan keuntungan yang didapat. Saya akan terus berusaha untuk lebih mengembangkan usaha saya,” ujar pengusaha muda yang juga mahasiswa semester akhir itu.

Bagaimana caranya mendapat pelanggan yang sangat banyak? Ia menjelaskan bahwa ia aktif dalam menjalin keakraban dengan para pelanggannya. Terutama dalam melakukan promosi, ia aktif untuk berkawan dengan sesama Juventini dan komunitas-komunitas Juventini yang tersebar di seluruh Indonesia melalui jejaring sosial.. “Saya akrab dengan ketua Juventini pusat di Jakarta. Selain itu di berbagai daerah lain juga akrab. Dari situ saya juga melakukan promosi produk saya dengan cara saya upload di wall facebook mereka,”. Usaha memasarkan produk berbau Juventus itu rupanya cukup berhasil. Kegemaran yang sama dan jalannya bisnis yang lancar dan jujur antara penjual dan pembeli itu rupanya menambah keakraban diantara mereka. Otomatis usaha milik Muhammad Fitriansyah semakin berkembang dan tak pernah kehilangan pelanggan.

Total pelanggannya saat ini mencapai ratusan. Tercatat, dari berbagai wilayah, Sabang sampai Merauke pernah memesan kaos dan hingga saat ini menjadi pelanggan setianya. “Terutama teman-teman Juventini dari Semarang, Bitung, Manado dan Lombok, kalau pesan bisa sampai berlusin-lusin,” ujarnya.

Ditanya mengenai filosofi bisnis, pengusaha muda itu dengan mantap menjawab, “Kepuasan anda adalah kebahagiaan kami!,” ujarnya. Artinya, dalam menjalankan suatu usaha, harus diperhatikan mutu dan kualitas produk karena semua itu berkaitan dengan kepuasan dan kepercayaan pelanggan. “Jangan sekali-kali mengecewakan pelanggan, sebab bila sekali saja mereka kecewa, maka mereka tidak akan kembali lagi,” tambahnya.

Kesuksesan yang telah diraih di masa muda rupanya tak membuat pria kelahiran Surabaya, 17 Mei 1988 itu berhenti disitu. Banyaknya fans klub sepakbola diluar Juventus membuatnya melirik pangsa pasar fans klub lain. “Saat ini saya sedang menelurkan produk-produk di luar Juventus, diantaranya jersey klub-klub besar seperti Real Madrid, AS Roma, AC Milan, Barcelona dan Manchester United,” ujarnya. Ia juga menyatakan bahwa ia sedang merencanakan untuk mengembangkan usaha ke arah bisnis di luar jersey, yakni memproduksi kaos-kaos dengan disain unik yang sesuai dengan selera masa kini.


Berbisnis dan Bekerja Tanpa Berinfaq Adalah Nonsense

Itulah keyakinan yang dipegang oleh Muhammad Fitriansyah. Dalam perjalanan karier bisnisnya, ia selalu mendermakan sebagian hasil keuntungannya untuk kepentingan infaq. Ia juga berpegang teguh pada Al Quran yang menyebutkan bahwa jika seseorang berinfaq, maka rejeki untuknya akan dilipatgandakan. “Setiap bulan saya selalu menambah jumlah infaq saya. Semisal bulan pertama saya infaq Rp.100 ribu, maka minggu berikutnya akan saya tambah sebesar Rp.200 ribu, begitu seterusnya. Karena saya yakin bahwa semua yang kita miliki sebenarnya bukan milik kita sepenuhnya, namun milik Tuhan dan adalah sebagian kepunyaan kita adalah hak bagi mereka, orang-orang yang membutuhkan uluran tangan,” tandasnya.

Selain berinfaq, ia juga tak segan-segan untuk membantu kawan atau sesamanya yang kesulitan dalam mencari pekerjaan. Ia menekankan kepada kawan-kawannya itu untuk membuat usaha sendiri dan jangan bergantung kepada orang lain. Selama ini ia aktif mengajari kawan-kawannya tentang bagaimana cara membuat usaha yang berkaitan dengan kaos, jersey dan semacamnya. Iapun juga memberi pelatihan tentang shop online, yakni bagaimana cara melakoni bisnis dengan cara online. “Sampai saat ini ada banyak kawan saya yang berhasil. Diantaranya ada yang melakoni bisnis kaos musik dan juga jersey. Salah satu dari mereka bahkan berhasil membidik pangsa pasar OI (fans Iwan fals) dan fans Noah. Merupakan kebanggaan bagi saya melihat teman saya dapat berhasil, karena berbagi ilmu adalah hal yang wajib kita lakukan agar orang lain juga dapat menjadi sukses dan berhasil,” paparnya.

Selain kawan-kawannya, ia juga mengajari salah satu adik sepupu dan adik kandungnya. Adik sepupunya bernama Muhammad Afid (25) kini juga menjadi pengusaha muda yang aktif berbisnis jersey berbau klub Italia Inter Milan. Sedangkan adiknya, juga sukses menjadi pengusaha jersey berbau klub Italia AC Milan. “Nama usaha milik Muhammad Afid adalah ‘Shop Inter Milan’, sedangkan adik saya nama usahanya ‘Milanisti Base Camp’. Cek saja di facebook. Mereka berdua juga cukup sukses,” ujarnya sambil tersenyum.

Apa yang dijalaninya itu tidak lain didasari oleh rasa keprihatinan terhadap dirinya sendiri. Sebab ia merasa bahwa semenjak Tk sampai Sma, ia selalu menggantungkan uang saku dari penghasilan orangtua. Sebagai anak sulung, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk bisa mandiri dan dapat membantu perekonomian keluarga. “Saya meyakinkan diri saya bahwa saya bisa mandiri dan bisa memiliki penghasilan sendiri agar tidak selalu bergantung pada orangtua. Alhamdullilah usaha saya membuahkan hasil dan dapat membanggakan kedua orangtua saya,” pungkasnya.

*Tulisan ini pernah dimuat di Harian Sore Surabaya Post.