Cari Blog Ini

Jumat, 26 April 2013

Komunitas Skateboard: Longboard Hero City Surabaya





Selalu mencari jalan turunan

Komunitas yang menamakan diri Longboard Hero City atau yang lebih dikenal dengan LBHC selalu mencari track turun (downhill). Untuk menguji nyali mereka, tempat-tempat tak umum semacam flyover ataupun jalanan pegunungan menjadi track mereka untuk menguji keberanian.

Serasa kecanduan jalan menurun, para anggota selalu memburu track tersebut. di kota mereka sendiri. Flyover pun menjadi sasaran para anggota untuk menguji ketrampilan setiap trik-trik yang tak jauh beda dengan olahraga skateboard ini. Hampir setiap seminggu sekali saat week end mereka selalu berkumpul. Setiap flyover yang ada di kota pahlawanpun sudah mereka jajal.

“Kami selalu menunggui jalan itu sampai sepi, saat dinihari ataupun pagi-pagi sekali.  Memang kalau dilihat cukup ektrem. Tapi mau dimana lagi, karena cara itulah yang dimainkan. Kami hanya berharap agar ada tempat khusus seperti di kota Bandung,” jelas Wicak salah satu anggota aktif LBHC.

Terkadang mereka juga main di jalanan turun yang terletak di Unesa ataupun PTC. Bagi mereka lahan di Surabaya sendiri untuk pemain longboard kurang mendukung. Karena ketersediaan tempat yang minim. Para anggotapun harus pandai-pandai untuk mencari spot unik yang sesuai dengan permainan longboard. Jalanan turunanan dipegunungan ataupun dataran tinggi yang kemudian mereka pilih untuk memuaskan hasrat mereka bermain longboard.

Setiap week end dua minggu sekali para anggota LBHC selalu menyasar ke kota-kota Malang, Pasuruan, Mojokerto, Bali bahkan Bandung. Ditempat-tempat tersebut mereka bebas berkespresi. Tak hanya itu mereka juga bebas memainkan setiap trik permainan dengan papan yang mencapai panjang 41 inci ini.  
Permainan longboard dikenal kaya variasi gaya. Banyak trik yang digunakan para pemain longboard untuk mendapatkan sensasi berlebih dari permainan tersebut. Setiap pemain akan memainkan trik Slalom, Downhill, Dancing, Freeride, Freestyle, hingga Dancing. Seluruh gaya tersebut dapat di mix dengan teknik semacam cruising, sliding, carving, braking atau pun land padding.

Bagi mereka yang doyan laju cepat dan medan turunan, maka speed bisa menjadi pilihan yang tepat. Ada juga yang suka menikmati trick skate saat melakukan freestyle, freeride, dan dancing. Selain itu, menukik dengan teknik sliding adalah sesuatu yang paling seni dilakukan dalam permainan papan seluncur panjang.
Longboard termasuk dalam kategori permainan ekstrem. Bahkan lebih menantang dari permainan skateboard. Bukan hanya lantaran medan favorit mereka adalah turunan curam, melainkan massa papan longboard pun lebih berat ketimbang skateboard. Tantangan menjadi dua kali lipat lebih mendebarkan tentunya.

Untuk memainkan setiap trik agar aman para anggota LBHC wajib mengenakan helmet, protecktor, knee pad, glove, dan sepatu selama bermain. ”Tak hanya alat pengamanan yang kita wajibkan. Cara jatuhpun harus kita pelajari, tak perlu ada tumpuan saat terjatuh. Kalau hatuih ya jatuh saja, tidak perlu menhannya,” terang wicak yang juga hobi main musik ini.

Sekedar diketahui, Dicetuskan oleh Naza yang saat itu mendapat oleh-oleh papan longboard sewaktu pulang dari Jogja. Selang beberapa lama olahraga ini akhirnya populer. Pada tanggal 15 Januari 2012 komunitas LBHC terbentuk. Nama LBHC sendiri berasal dari kata Longboard Hero City, jika diterjemahkan para anggota Longboarder dari kota pahlawan. Karena kebanyakan anggota memang berasal dari kota Surabaya.

Sampai saat ini anggota aktif LBHC mencapai 15 orang, kelima dari anggota mereka merupakan wanita. Mereka kebanyakan dari kalangan pelajar SMP, SMA, Mahasiswa, Pengusaha, dan Karyawan. 

Saat ini, permainan papan asli Amerika ini sudah mendapat hati dimasyarakat Indonesia. Terbukti di kota seperti Jakarta, Bandung, Jogja, Bali, Lombok, Lampung sudah mulai ramai untuk dijadikan hobi sekaligus lifestyle. Mereka para longboarder berbagai kota di Indoensia rajin hadir dalam jambore nasional setiap tahunnya. Tak hanya itu mereka juga rajin mengikuti kompetisi dunia yang diselenggarakan berbagai negara. Saat ini ada dua longboarder nasional asal Jakarta dan Bandung untuk mengikuti kompetisi internasional. 

Tambahan informasi, longboard sendiri memiliki ukuran bervariasi anatara 32 inci, 40 inci, 41inci, bahkan sampai 60 inci. Setiap papan dihargai Rp 1,5 juta sampai Rp 14 juta. 


Cari view menawan

Tak hanya bermain ektrem demi menaklukan tantangan track, komunitas LBHC juga mementingkan landscape sekaligus view yang indah. Mereka selalu mengadakan tour ditempat-tempat yang terkenal memeiliki pemandaangan yang menawan. Tempat tersebut memang disukai para anggota, sekaligus membuat dokumentasi untuk di share ke media sosial.

Para anggota LBHC setiap 2 minggu sekali selalu mengunjungi daerah trawas, cangar, bromo ataupun di kota-kota  Malang, Bali, serta, Bandung. Mereka tak hanya menguji nyali untuk menaklukan setiap track aspal. tetapi juga menikmati keindahan alam sekitar sekaligus menikmati hawa sejuk daerah pegunungan.

Kegiatan tersebut sekaligus untuk refreshing bersama para anggota. Karena di kota asal mereka Surabaya, belum bisa menemukan tempat-tempat semacam itu. Tidak lengkap jika tempat-tempat tersebut tidak mereka eksplor. Cara para anggota komunitas lebih mengeksplornya dengan cara mendokumentasikan. Setiap video dan foto hasil jepretan selalu mereka share.

Komunitas LBHC sendiri memiliki media sosial untuk lebih mensosialisasikan keberadaan longboarder Surabaya, lewat berbagai akun yang dimiliki. Tak hanya mempromosikan komunitasnya, tempat yang mereka kunjungi tentunya akan mendapat apresiasi baik dari longboarder berbagai kota sekaligus berbagai negara yang ada di dunia. Karena melihat hasil foto maupun video yang mereka share.

Biasanya mereka share ke akun komunitas, seperti akun facebook Longboard J Surabaya, twitter dengan nama LBHC, dan instagram bisa diklik LBHC. Bahkan salah satu anggota ada yang ngeshare di youtube. Antusias masyarakat sendiri beragam ketika melihat hasil dokumentasi. Apalagi jika longboarder asing melihat aksi LBHC di berbadai media sosial, pasti mereka akan tertarik untuk datang ke Indonesia. Alasannya ingin merasakan tantangan lain dengan view yang indah.


Kontributor tulisan: Nur Fajruddin
Tulisan ini pernah dimuat di Surabaya Post

Kamis, 18 April 2013

Gita Smala SMAN 5 Surabaya






Gita Smala di Praga, Rep.Ceko


Nama Ekskul                           : Gita Smala
Jenis Ekskul                            : Paduan Suara
Sekolah                                   : SMA 5 Surabaya
Ketua                                      : Rahmat Fathony
Art Director                            : Bagus Syafrieza Paradhika
Pembina                                  : Pudjiastuti
Berdiri Sejak                           : 10 November 1989
Jumlah Peserta                         : 50 orang
Prestasi                                    :

2009 :
-          Silver Medal Mix Youth & Folklor ‘A Voyage of Songs’, Penang, Malaysia

2010 :
-          Gold Medal FPS ITB di Bandung

2011 :
-          Menggelar konser bersama orchestra Oratorio die Jahreszeiten di Surabaya

2012 :
-          Juara I LPS Unair
-          Juara II LPS Ubaya
-          Juara I kategori mixed youth choir & medali emas kategori lagu rakyat & best choreography 26th Praga Cantat, Republik Ceko


Gita Smala: Dua Kali Harumkan Indonesia di Tingkat Dunia

Smalane suci dalam pikiran/Smalane benar jika berkata/Smalane tepat dalam tindakan/Smalane dapat dipercaya. Itulah lirik ‘Mars Smalone’ yang dikumandangkan oleh tim paduan suara Gita Smala, SMAN 5 Surabaya. Di bawah arahan art director, Bagus Syafrieza, mereka tampil dengan padu dan selaras. Tenor, sopran, alto, bass adalah jenis-jenis karakter suara yang masing-masing diisi oleh 4-5 anak.

“Mars Smalane adalah lagu wajib kami tiap kali memulai atau mengakhiri latihan. Lirik dalam lagu itu memiliki maksud agar tim Gita Smala dapat selalu berlatih secara fokus, tepat dan konsentrasinya bagus,” ujar Pudjiastuti, Pembina Paduan Suara Gita Smala. Setelah usai menyanyikan ‘Mars Smalone’, mereka melanjutkannya dengan berlatih vokal bersama-sama.

Tahap awal, para peserta Gita Smala melakukan pendalaman materi notasi, kemudian mereka melakukan stretching vokal. Selama 10 menit kemudian dilanjutkan dengan vocalizing dan dilanjutkan dengan penggarapan lagu. Pagi itu mereka membawakan lagu ‘Angin Mamiri’, sebuah lagu daerah.

“Pitchnya kurang naik sedikit! Tim sopran, kalian tidak usah ragu, buka mulut kalian, spellnya harus jelas!,” begitulah gaya Bagus ketika melatih anak-anak didiknya. Pria yang juga lulusan SMAN 5 itu tampak giat dalam memberikan materi. Tentunya kesabaran juga salah satu aspek penting untuk bisa membentuk komposisi paduan suara yang melibatkan banyak individu dengan tetap menonjolkan karakter vokal masing-masing.

Didirikan pada 10 November 1989, ekstra kurikuler Paduan Suara Gita Smala dalam perjalanannya memiliki grafik peningkatan dalam hal kualitas, prestasi maupun bertambahnya jumlah peminat. Bahkan, saat ini Gita Smala sampai perlu untuk melakukan seleksi terhadap siswa-siswi yang ingin bergabung. “Itu karena peminatnya sangat banyak. Jadi ya terpaksa diseleksi agar ekstra kurikuler ini benar-benar berkualitas,” ujar Rahmat Fathony, ketua ekstra kurikuler Gita Smala.

Salah satu alasan siswa SMAN 5 tertarik untuk bergabung dengan Gita Smala adalah prestasi. Ya, Gita Smala tak pernah sepi dari prestasi. Sejak awal berdirinya, mereka sudah mengoleksi berbagai piagam kejuaraan paduan suara baik tingkat lokal, nasional maupun provinsi. Itulah sebabnya ekskul yang satu ini menjadi kebanggaan sekolah almamater Presiden Soekarno itu. Bahkan tahun 2009 prestasi mereka sudah merambah ranah internasional!

Dalam kesehariannya, Gita Smala selalu haus akan kompetisi paduan suara. Setiap mendengar even tentang paduan suara, tanpa ba,bi,bu mereka langsung mendaftarkan diri. “Baik itu even kampus maupun even pemerintah, even tingkat apapun kami selalu antusias ikut serta di dalamnya. Even-even itulah yang mengantar langkah kami sampai ke even prestisius tingkat dunia,” ujar Aquila C. Adimurti, anggota Gita Smala. Dan benar saja, kerap kali menang dalam kompetisi Paduan Suara dalam berbagai kategori, akhirnya Paduan Suara Gita Smala didapuk mewakili Indonesia dalam kejuaraan Paduan Suara tingkat dunia di Penang, Malaysia, saat itu tahun 2009.

Kejuaraan yang bertajuk Silver Medal Mix Youth & Folklor ‘A Voyage of Songs’, Penang, Malaysia itu diikuti oleh puluhan tim paduan suara yang telah mengikuti seleksi di tingkat negara masing-masing, termasuk Gita Smala yang mewakili Indonesia, menyisihkan ratusan tim paduan suara di tingkat nasional. “Dengan penuh semangat dan percaya diri, kakak-kakak kami periode 2009 berjuang membawa nama bangsa di pundaknya,” ungkap Ahmad Wisesa, anggota Gita Smala dengan nada heroik.

Walhasil, pada 2009, tim paduan suara Gita Smala yang kini telah menjadi alumni itu menyabet medali perak. “Sebuah kebanggaan besar bagi SMAN 5 ketika itu. Semangat kakak-kakak yang waktu itu meraih prestasi paduan suara paling bergengsi tingkat dunia itulah yang semakin memicu semangat kami tetap bersemangat, meneruskan prestasi mereka,” ungkap Priskila Kurniandini, anggota Gita Smala.

Tahun-tahun berikutnya, tradisi juara masih melekat dalam nama besar Gita Smala. Pada 2011, mereka berhasil mendapatkan berbagai gelar juara hingga meraih medali emas dalam kejuaraan paduan suara di ITB. Pada 2012, mereka beberapa kali mendapat gelar juara dalam kompetisi-kompetisi tingkat lokal hingga nasional, dan yang paling prestisius, bahkan melebihi 2009, mereka berhasil meraih juara dunia dalam tiga kategori sekaligus, yakni Juara I kategori mixed youth choir,  medali emas kategori lagu rakyat & best choreography 26th di Praga Cantat, Republik Ceko.


Bukan Kejar Tayang

Apa resep kesuksesan Gita Smala hingga bisa berprestasi sampai tingkat internasional? “Saya tak ingin memakai sistem kejar tayang,” ungkap Bagus. Maksudnya, bahwa Gita Smala selalu memfokuskan diri dalam latihan sehari-hari, bukan hanya pada saat ada pentas besar saja. “Metode pengajar kami terbukti sukses dalam memenangkan setiap perlombaan. Semua porsi dalam latihan baik sehari-hari maupun menjelang kompetisi selalu sama. Tidak ada perbedaan. Kami selalu fokus,” ungkap Laras Citra Ayu, anggota Gita Smala.
 
Resep sukses kedua, menurut para anggota Gita Smala adalah penataan koreografi yang terencana serta pelatihan pembawaan lagu dengan intensif. “Penjiwaan dalam pembawaan lagu sangatlah penting. Bila sebuah lagu dijiwai dengan sungguh-sungguh, maka hasilnya akan sangat maksimal. Begitupula koreografi. Dalam setiap pementasan kami selalu menunjukkan koreografi khas yang berbau budaya Indonesia,” ungkap Amalia Dini Ghasani, anggota Gita Smala.

Kita pasti pernah dengar nama Gombloh, musisi maestro progressive rock di Indonesia. Musisi yang melegenda itu adalah alumnus SMAN 5 yang menjadi ikon kesuksesan SMAN 5 dalam hal bermusik. Semangat Gombloh dalam meraih kesuksesan juga menjadi inspirasi Gita Smala sepanjang perjalanan meniti langkah mengkoleksi piala kejuaraan.



Menjadi Nomor Satu di Tengah Bulir-Bulir Salju

Praga, sebuah kota yang menjadi bagian dari Republik Ceko, sebuah negara yang berada dalam kawasan Eropa tengah. Pertengahan 2012 adalah masa transisi musim di Eropa, dari hangat musim semi menjadi salju yang dingin menusuk tulang. Karakter musim yang berbeda jauh dari iklim tropis Nusantara itulah yang ditemui pertama kali oleh tim paduan suara Gita Smala saat menjejakkan kaki di negara itu.

“Pertama kali yang kami lakukan adalah bermain salju,” kenang Dicky Johar sambil tertawa. Memang, dalam rangka mengikuti perlombaan paduan suara internasional di Republik Ceko, mereka menjumpai salju untuk pertama kali. Tentu saja, tim Gita Smala juga berkisah bahwa cuaca saat itu luar biasa dingin.

Di Praga, mereka ditemui oleh konsulat KBRI di Republik Ceko, yakni Emiria Amir Siregar. “Ibu konsulat yang pernah tinggal di Surabaya berpesan kepada kami untuk membawa semangat ‘bonek’ di sini,” kenang Rahmat Fathony. Semangat bonek (bondo nekad) itulah yang melandasi kepercayaan diri Gita Smala untuk mengikuti lomba tingkat dunia itu.

Pada waktu yang telah ditentukan, kompetisi pun dimulai. Puluhan tim tampil bergiliran. Semua tampak membawakan komposisi paduan suara yang memukau. Bedanya, tim Gita Smala tampil dengan koreografi khas budaya Indonesia dengan kostum daerah. Total 8 lagu dibawakan, meliputi Jagdlied (sebuah lagu Jerman), A Boy and a Girl, Kalinda (lagu dari Haiti), Angin Mamiri, Caping Gunung, Sik Sik si Batu Manikam, Iddem dem Mallida (lagu dari Fillipina) dan
Bungong Jeumpa.

Rupanya suasana dingin musim salju dan perasaan tegang dapat diatasi oleh tim paduan suara Gita Smala saat tampil di atas panggung. “Ketika Gita Smala tampil, saya berada tepat di belakang dewan juri dari berbagai negara. Sejenak mendengarkan komposisi Gita Smala, secara spontan para juri mengeluarkan handycam dan bergumam, ‘Amazing’,” ungkap Pudjiastuti.
Walhasil, usai pementasan, standing applause sangat riuh, bahkan dari dewan juri. Banyak peserta maupun penonton yang berebut mengambil foto. Paduan Suara Gita Smala SMAN 5 tampil mengesankan.

Dan benar, beberapa saat setelah hasil perlombaan diumumkan, merah-putih berkibar.



Komentar

 



Aquila C. Adimurti, anggota Gita Smala
“Life is music. Only with Gita Smala I feel my music”











Priskila Kurniandini
“Gita Smala menghidupkan jiwa bermusikku”



 







Laras Citra Ayu
“Love, passion, live, dreams, laugh, togetherness, I found all in Gita Smala”

 









 Amalia Dini Ghassani 
“Gita Smala tidak hanya untuk belajar music, tapi juga sosial budaya, kepemimpinan, bahasa dan lain-lain”












Rahmat Fathony Sasongko
“Gita Smala selalu bisa membuat saya senang dan kembali bersemangat setelah seharian belajar di sekolah”

Selasa, 16 April 2013

Billy Belafonte : Musisi Jazz Senior Surabaya dan Resep Sehatnya




Nama : I. Billy Moenary Belafonte
Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 07-05-1936
Alamat : Sukomanunggal Jaya I/10
Pekerjaan : Pengajar Musik





Resep Sehat Musisi Jazz Senior: Senam, Pola Makan, Musik dan Religiusitas

Ketika ditemui di kediamannya, pria sepuh yang masih tampak bersemangat itu terlihat antusias. Ia mulai menata ruang studio musik tempatnya mengajar. Barang-barang berikut alat musik yang terlihat sedikit berserakan ia tata rapi dan ia melakukan pekerjaan itu seorang diri. “Selama masih bisa sendiri ya saya kerjakan sendiri. Sambil berolahraga juga. Tunggu sebentar ya, saya tata dulu studionya, biar nanti kalau difoto hasilnya bagus,” ucapnya dengan tersenyum.

Setelah usai merapikan studionya, pria sepuh itu mempersilahkan saya untuk duduk. “Duduk mas. Ini saya mau demo,” ujarnya. Gitar yang terletak di dinding studio tempatnya mengajar itu diambilnya dan kepada Surabaya Post ia menunjukkan keahliannya. Perlahan, dawai-dawai dipetik dan memunculkan suara nyaring. Sebuah alunan lagu lama bernuansakan jazz. Bibirnya sesekali terlihat meraba syair lagu, dan ia masih mengingat keseluruhan syair dan notasi lagunya, tanpa ada yang terlupa.

“Itulah lagu berjudul Faya Condius yang pernah dinyanyikan Merry Ford. Salah satu lagu kesukaan saya,” katanya. Begitulah keseharian I.Billy Moenary Belafonte, yang akrab dipanggil Billy. Waktu demi waktu ia habiskan untuk mengajar dan mengeksplorasi musik jazz. Pria yang pada bulan Mei nanti menginjak usia 77 tahun itu tampak masih bersemangat. Segar bugar dan sehat walafiat.

Sebagai musisi jazz yang tergolong senior, Billy telah memiliki banyak murid dan di usianya kini ia masih menyempatkan diri untuk mengajar. “Memang murid yang saya ajar sekarang sudah tidak banyak seperti dulu lagi. Maklum, usia saya yang sudah 77 tahun tidak baik untuk memforsir diri dalam hal mengajar seperti ketika saya muda dulu,” ucapnya.

Ditanya mengenai resep sehatnya, Billy mengaku memiliki beberapa resep yang menunjang hidup sehatnya. “Jauhi minuman keras. Biasanya musisi tidak bisa menahan diri, namun percayalah, dengan minuman keras, tubuh anda akan menjadi tidak sehat dan rentan diserang penyakit,” tuturnya. Billy menerangkan bahwa semenjak ia mengawali kariernya sebagai musisi di era 1950-an, ia tidak sekalipun menyentuh minuman keras.

Selain menjauhi minuman keras, Billy mengaku memiliki rutinitas berolahraga yang ia lakukan setiap pagi dan sore hari. Senam adalah salah satu olahraga kegemarannya. Ia mengaku melakukan aktivitas senam dengan cara meregangkan otot-otot tubuhnya selama beberapa jam setiap pagi dan sore. “Setelah senam, saya mengisi waktu dengan berkeliling-keliling ke sekitar lingkungan rumah saya. Olahraga adalah salah satu kunci hidup sehat karena tubuh membutuhkan peregangan,” ungkap Bapak dua anak itu.

Bagaimana dengan pola makan? “Oo kalau saya sangat mengatur pola makan saya. Tidak sembarangan lho,” ujarnya. Ia mengaku membatasi makan-makanan berlemak dan memperbanyak mengkonsumsi sayur-sayuran. “Perbanyak makan sayuran, kurangi daging atau makanan apapun yang mengandung lemak. Bukan dihindari lho ya, dikurangi, dibatasi. Kalau saya setiap hari menu makanan saya pasti mengandung sayur,” ungkap gitaris yang sempat berkeliling Indonesia dengan musik jazznya itu.

Selain olahraga dan mengatur pola makan, Billy mengaku pula bahwa salah satu resep sehatnya yang utama adalah musik. Mengapa musik? “Dengan musik, daya memori kita bisa tetap tajam, sekaligus melatih olah rasa, kepekaan. Jangan salah, seniman itu orangnya peka, bersemangat dan selalu tampak awet muda. Rahasianya ya kegemarannya memainkan musik itu tadi. Istilahnya musik membuat hidup lebih bergairah,” paparnya. Sejenak setelah berujar demikian, ia kembali memainkan dawai-dawai gitarnya.

Tidak cukup sampai disitu, ia memiliki resep sehatnya yang utama, yaitu berdoa agar selalu ingat Tuhan. Sebagai penganut Katolik yang aktif memberikan pelayanan di Gereja, ia mengungkapkan bahwa ucapan syukur dari manusia akan sangat diperhatikan Tuhan. “Jangan lupa bersyukur. Ingat, sehat-sakit, hidup dan mati kita ada di tanganNYA,” ujarnya. 

Selain rajin bersyukur, Billy juga mengungkapkan bahwa seseorang, bila beragama Katolik, maka harus mengenal roh kudus yang bersemayam dalam dirinya. “Sulit bagi pemeluk Katolik untuk dapat mengenali roh kudus yang ada dalam dirinya, sebab diperlukan kesabaran, kekhusyukan dan pengenalan jati diri secara mendalam,” papar pria asli Surabaya itu. Menurutnya, mengenali roh kudus dari dalam diri haruslah melewati tahapan meditasi seperti yang telah disebutkan. Efeknya, selain manusia dapat memasuki ranah spiritualitas, komunikasi mendalam antara manusia dengan Tuhan, proses tersebut dapat melatih manusia untuk mengendalikan hawa nafsu, sekaligus dengan bermeditasi, metabolisme tubuh akan terjaga karena segala pikiran buruk akan dibuang jauh-jauh. 

“Itulah saya dan resep sehat saya. Santai dulu mas, nikmati komposisi saya,” ujarnya. Iapun kembali memainkan gitarnya. Tembang-tembang bernuansa jazzy milik Louis Armstrongpun ia bawakan sembari dinyanyikan “What a Wonderfull World’. Liriknya romantis ya? Jangan bilang sampean tidak tahu lagu ini,” tambahnya sembari menikmati permainan gitarnya.


Bermusik Sejak 1948

Billy kecil belajar ilmu tentang musik jazz dari seorang guru berkebangsaan Belanda, namanya Belafonte. Dari perkenalannya dengan seorang Belanda itulah yang membuat kecintaan Billy terhadap musik jazz dapat tumbuh. Bahkan, pada usia 12 tahun, tepatnya pada tahun 1948 ia didapuk untuk menjadi gitaris jazz, tampil di gedung-gedung kesenian.

“Setelah periode kemerdekaan, Belafonte kembali hijrah ke Belanda. Untuk mengenangnya, saya menambahkan nama ‘Belafonte’ di belakang nama saya,” kenangnya. Memang, nama aslinya adalah Billy Moenary, dan setelah gurunya hijrah, ia menambahkan nama gurunya itu dan dipakainya hingga saat ini.

Selama mengawali karier sebagai musisi jazz yang mengiringi banyak penyanyi dari panggung ke panggung, ia mulai tertarik untuk mengajar. Awal kariernya sebagai pengajar ia lakukan semenjak tahun 1956. “Saya mendapatkan banyak murid yang tertarik setelah menyaksikan saya bermain jazz,” ungkapnya. Selain mengajar, Billy juga kerap diundang tampil di berbagai even untuk menunjukkan kebolehannya, utamanya saat ada even klinik jazz guitar. Dari berbagai klinik musik yang telah diikutinya itu ia memiliki banyak murid.

Hingga saat ini, Billy mengaku masih tertarik untuk mengajar, demi mengisi waktu luang. Bila ditanya tentang jumlah murid yang pernah dididiknya dari dulu hingga sekarang, ia mengaku sudah tak terhitung lagi jumlahnya. “Banyak sekali, tak terhitung. Bahkan banyak diantara mereka yang menjadi musisi terkenal,” ungkapnya. Billy mengatakan bahwa metode pengajaran yang diberikannya meliputi tekhnik, pendalaman lagu, penjiwaan, pengenalan not balok sekaligus pengenalan style irama.

Bagaimana perkembangan jazz di Indonesia? “Jazz itu memang musik yang cukup sulit untuk dimainkan. Tapi saya yakin, asal dengan ketekunan semua pasti bisa. Ya mungkin karena rumitnya itu, jazz cenderung kurang bertumbuh subur di negara ini. Namun adanya even-even jazz yang belakangan ini marak, cukup membangkitkan semangat dan antusiasme masyarakat terhadap musik jazz,” tuturnya.

Pria kelahiran 07 Mei 1956 itu memang tampak awet muda. Rambut di kepalanyapun tumbuh subur dan gigi-giginyapun masih terlihat rapi. Satu-satunya yang menandakan usia tuanya adalah gurat-gurat di kulitnya yang tampak, seakan menggambarkan notasi lagu tentang kehidupan yang telah ia jalani dan pelajari semenjak kecil. “Manusia tidak dapat hidup tanpa musik,” pungkasnya.

Mungkin selama ini orang hanya mengenal Bubi Chen sebagai musisi Jazz senior Surabaya. Billy Belafonte membuktikan bahwa keberadaannya bisa disebut sebagai salah satu musisi jazz senior Surabaya yang tersisa, sekalipun ia tidak setenar Bubi Chen.