Jumat, 15 Februari 2013

SVC SMAN 6 SURABAYA



 BIODATA

Nama ekskul   : SVC (Sixers Voice Choir)
Jenis ekskul     : Paduan Suara
Sekolah           : SMA 6 Surabaya
Berdiri Sejak   : 2002
Pembina          : Ika Mustikawati
Ketua              : I Komang Dewi

Pengajar :
  1. Bimo Wicaksono, Artistik, Make up
  2. Prita Kartika, Vokal, Koreografi
  3. Bayu Werdianto, Pianis, Arranger
  4. Christian Aldo Simanjutak, Classic Voice
  5. Annas, Vokal

Prestasi :

2005 :
-           Juara 1 dan Juara Favorit Female Choir
2010 :
-          Juara 2 Surabaya Choir Competition
-          Juara 1 Deteksi Pop Group
-          Medali Emas Malaysia Choral Eisteddfod (MCE)
2011 :
-          Juara 1 Deteksi Pop Group
-          Juara 1 Pekan Seni Pelajar Surabaya
-          Juara 2 Pekan Seni Pelajar Jawa Timur
-          Juara 2 Surabaya Choir Competition
2012 :
-          Juara 2 Lomba Paduan Suara Universitas Airlangga
-          Medali Emas Xinghai Prize, Guang Zhou Open Competition 





SVC, Ekskul Paduan Suara Kelas Dunia yang Sempat Dipandang Sebelah Mata

Alunan lagu Bycycle Race ciptaan Queen menggema dengan merdunya. Paduan suara itu membawakannya dengan sebuah komposisi nada yang menghentak penuh semangat. Setiap individu memiliki porsinya masing-masing. Nada vokal yang dipecah menjadi beberapa bagian membentuk harmoni yang memanjakan telinga.

Luar biasa! Itulah kata yang pantas untuk diberikan pada SVC (Sixers Voice Choir), kelompok ekstra kurikuler SMA 6 Surabaya. Total tiga buah lagu yang pernah membawa mereka meraih gold medal pada kejuaraan internasional di China diperdengarkan di hadapan Surabaya Post.

SVC hingga saat ini telah meraih segudang prestasi dari tingkat lokal, nasional hingga internasional. Namun siapa sangka jika ekstra kurikuler itu pernah mengalami masa-masa sulit hingga nyaris dibubarkan? Cerita tentang lika-liku eksistensi mereka tentu mrnarik untuk disimak.

Sixers Voice Choir didirikan pada tahun 2002 oleh sekumpulan pelajar yang memiliki hobi bernyanyi. "Waktu awal didirikan anggotanya hanya 5 orang dan tanpa pelatih. Jadi kakak-kakak kelas kami waktu itu berlatih sendiri," ujar Nawalita, salah satu anggota SVC. Saat itu, kenang mereka adalah masa-masa sulit bagi SVC, mengingat pada awal berdirinya mereka nyaris tanpa kegiatan selain latihan rutin, sekalipun pernah, hanya satu-dua kali mereka menyelenggarakan obade.

Pada tahun 2003 hingga 2004, SVC bahkan mengalami kevakuman. Hal itu disebabkan karena peminat ekstra kurikuler tersebut sangat sedikit  hingga pada akhirnya tahun 2004 atas inisiatif beberapa siswa SMA 6 yang kebanyakan perempuan, mereka menggiatkan kembali kegiatan ekstra kurikuler itu.

"Tahun 2004, karena peminat sangat sedikit, sekolah sempat hendak menutup ekstra kurikuler SVC, namun karena perjuangan kakak-kakak kami waktu itu, akhirnya sekolah mau mempertimbangkan, dengan syarat SVC harus memiliki prestasi," ujar Made Kartika, anggota SVC. Dari ultimatum itulah menurut kisah para anggota SVC yang dibeberkan pada Surabaya Post membuat para anggota di tahun 2004 berpikir dan berjuang keras demi meraih prestasi.

Secara kebetulan pada tahun 2005 sekolah SMA 6 mendapat info lomba Female Choir, yakni sebuah lomba menyanyi grup perempuan skala lokal di tingkat pelajar. Tanpa panjang lebar SVC dengan rasa percaya diri tinggi mengikutsertakan kelompoknya pada lomba itu. "Nah kebetulan waktu itu anggotanya ada 20 orang dan semuanya perempuan. Jadi ya mereka ikut semua dalam lomba Female Choir itu," ujar Ika Mustikawati, pembina SVC yang juga merangkap sebagai guru biologi SMA 6 Surabaya.

Female Choir, lomba pertama yang diikuti oleh SVC berhasil dengan memuaskan. Mereka sukses meraih juara 1 sekaligus juara favorit pada ajang perlombaan itu. Prestasi pertama mereka itu direspon pihak sekolah dengan cukup baik. "Intinya sekolah sangat gembira dengan hasil prestisius yang diraih oleh SVC. Terbukti, SVC yang awalnya dipandang sebelah mata pada akhirnya bisa meraih prestasi," ujar Yudhistira Eka Putra, anggota SVC.

Hasil memuaskan itu tentu melecut semangat siswa yang tergabung dalam ekstra kurikuler paduan suara SVC di SMA 6 Surabaya. Secara perlahan tapi pasti peminat ekstra kurikuler itu semakin bertambah. Pihak sekolah dan siswa akhirnya mendatangkan beberapa pelatih berkualitas. Salah satu pelatih yang pertama kali bergabung sebagai tim pengajar adalah Prita Kartika. Pengajar pertama itu mengajarkan teknik vokal dan koreografi pada anak didiknya di SVC. Perkembangannya hingga kini SVC telah memiliki 5 orang pengajar.

Pengalaman juara pada 2005 rupanya memberi semangat luar biasa pada tim SVC. Adanya pengajar paduan suara yang juga ulet membina dan mengasah kemampuan mereka menjadikan SVC matang di dunia paduan suara. Mereka melakukan latihan secara intensiv dan mengikuti lomba-lomba. Total, pada 2010, mereka mengikuti 3 lomba paduan suara, diantaranya adalah ‘Surabaya Choir Competition’, menjadi juara 2, ‘Deteksi Pop Group’ mendapat peringkat 1, hingga mereka dikirim sebagai wakil Indonesia untuk mengikuti lomba paduan suara kategori mix youth di Malaysia dengan tajuk MCE (Malaysia Choral Eisteddfod), tingkat internasional dan berhasil membawa pulang gold medal!

“Meraih gold medal dalam kejuaraan paduan suara internasional tentu semakin menambah gairah SVC untuk terus berprestasi. Sepanjang tahun 2010 hingga 2012, kami tidak pernah terlempar dari 3 besar, kalau boleh dibilang ya 2 besar, sebab kami selalu menjadi juara 1, kadang-kadang juara 2. Di bawah 2 kami tidak pernah,” ungkap Rizki Ramandityo, anggota SVC.

Mempertahankan gold medal yang diraih pada tahun 2010 di Malaysia tentu bukan urusan mudah. Pada 2012 mereka kembali mewakili Indonesia di kejuaraan paduan suara kategori mix youth di China, bertajuk ‘Xinghai Prize Guang Zhou Open Competition 2012’.

Berkat usaha keras dan kekompakan, mereka berhasil mengharumkan nama Indonesia di mata dunia dengan kembali meraih sekaligus mempertahankan gold medal yang mereka dapatkan di China dua tahun sebelumnya.


Dari Gubernur ke Presiden, Dari Malaysia ke China

Setelah aktif mengoleksi piala dari kejuaraan lokal hingga nasional, pergi mengikuti kejuaraan internasional dengan beban nama bangsa di pundak adalah sesuatu yang dibawa oleh para siswa yang tergabung dalam ekstra kurikuler paduan suara SVC dari Indonesia ke Malaysia hingga China.

“Semua pihak all out membantu upaya kami mewakili Indonesia dalam kejuaraan internasional. Dari pengajar ekstra, kami para siswa, orangtua, guru, gubernur, pemerintah hingga presiden,” ujar Alifia Safira, anggota SVC. Menjelang keberangkatan, orangtua dan siswa bahu-membahu menjadi panitia keberangkatan.

Para guru memberi support, hingga Gubernur Jatim, Soekarwo, menyempatkan datang dan memberi semangat. “Kata Pak Gubernur, pemerintah akan mendukung penuh usaha kami. Begitupula pesan Pak Presiden ketika kami diundang beliau untuk tampil di gedung Grahadi, Surabaya,” ucap Rahel Eunike, anggota SVC

Sesampainya di Malaysia dalam rangka kejuaraan internasional, mereka langsung dihadapkan pada ratusan kontestan dari berbagai belahan dunia. “Begitupula yang terjadi di China. Kami sempat deg-degan karena mereka keren-keren. Tapi yang membuat kami sedikit lega, mereka menganggap kami paling heboh dan keren.

Mengapa? Dari kostum dan penampilan kami, sangat unik dan benar-benar meng-Indonesia,” terang Erisa Nur, anggota SVC. Dari kejuaraan di Malaysia dan China, kedua-duanya mendapat gold medal. Nama Indonesiapun dibuat harum karenanya. Dewan Juri yang berasal dari beberapa negara menyebutkan, selain tekhnik vokal yang baik, penampilan mereka juga unik, kreatif, dan menonjolkan segi kebudayaan Indonesia.

“Itulah kelebihan SVC yang tidak dimiliki paduan suara lain. Setiap kali tampil kami selalu mengenakan pakaian daerah, lagu daerah dan menonjolkan koreografi tarian daerah. Jadi ada sisi kebudayaan Indonesia yang kami tampilkan,” ujar Bagas Mardiansyah, anggota SVC.

Bagaimana kiat-kiat SVC hingga mencapai kesuksesannya? Menurut Bayu Werdianto, salah satu pengajar, mengatakan bahwa sistem latihan mereka sama seperti paduan suara lain, yakni diawali dengan pemanasan fisik, pemanasan vokal, vocalyzing, latihan notasi, membentuk dinamika antar bagian-bagian, kemudian masuk ke dalam lagu dan penataan koreografi. “Yang membedakan adalah cara kami dalam menjalin keakraban antar anggota. Di dalam SVC tidak ada senioritas-yunioritas, yang ada adalah keluarga. Sesi latihan kamipun dilakukan dengan have fun dan penuh kehangatan,” pungkasnya.


QUOTE


 


Made Kartika, anggota SVC
“SVC adalah keluarga kedua bagi kami. Karena kekeluargaan itu kami bisa menyatu dan menyanyi dengan hati. Kami punya kemauan dan tekad yang besar”





 Rahel Eunike Priskila, anggota SVC
“Salah satu alasan saya masuk ke SMA 6 adalah SVC. Di dalam SVC kami diajarkan untuk professional di semua kegiatan dan dalam kondisi apapun”









Rizki Ramadityo, anggota SVC
“SVC adalah keluarga yang nyaman. Selain melatih ketrampilan bernyanyi, saya menjadi lebih percaya diri dan belajar berbagai segi artistik”




 


Erisa Nur Agmelina, anggota SVC
“SVC berbeda dengan ekstra kurikuler lain. Belajar musik secara santai dan serius dan penuh rasa kekeluargaan. Selain itu bergabung dengan SVC, kami dapat meraih banyak prestasi, bahkan membawa nama harum Indonesia”



 

Ika Mustikawati, Pembina SVC
“Paduan Suara bagi saya adalah sebagai sarana menyalurkan bakat dan minat siswa sambil belajar berorganisasi, bersosialisasi dan upaya menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri, menjaga emosi dan menjalin kebersamaan dan masih banyak aspek positif yang bisa diambil”

 


Bagus Werdiyanto, pengajar SVC
“Suasana SVC itu selalu bikin kangen. Satu dengan yang lain akrab bak keluarga. Paduan suara yang baik adalah jika setiap orang di dalamnya merasa nyaman seperti keluarga dan bisa saling menghormati. Tidak cukup bersuara bagus saja, namun juga harus punya attitude”

 


 Yudhistira Eka Putra, anggota SVC
“Dalam paduan suara, selain dibutuhkan kekompakan dalam suara, setiap anggotanya harus satu hati, satu tekad dan satu tujuan untuk meraih prestasi. Seperti yang ada dalam SVC ini”




# Tulisan ini pernah dipublikasikan di Surabaya Post, 03 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar