BIODATA
Nama ekskul :
SVC (Sixers Voice Choir)
Jenis ekskul :
Paduan Suara
Sekolah :
SMA 6 Surabaya
Berdiri Sejak :
2002
Pembina :
Ika Mustikawati
Ketua :
I Komang Dewi
Pengajar :
- Bimo Wicaksono, Artistik, Make up
- Prita Kartika, Vokal, Koreografi
- Bayu Werdianto, Pianis, Arranger
- Christian Aldo Simanjutak, Classic Voice
- Annas, Vokal
Prestasi :
2005 :
-
Juara 1 dan Juara Favorit Female Choir
2010 :
-
Juara 2 Surabaya
Choir Competition
-
Juara 1 Deteksi
Pop Group
-
Medali Emas
Malaysia Choral Eisteddfod (MCE)
2011 :
-
Juara 1 Deteksi
Pop Group
-
Juara 1 Pekan
Seni Pelajar Surabaya
-
Juara 2 Pekan
Seni Pelajar Jawa Timur
-
Juara 2 Surabaya
Choir Competition
2012 :
-
Juara 2 Lomba
Paduan Suara Universitas Airlangga
-
Medali Emas
Xinghai Prize, Guang Zhou Open Competition
SVC, Ekskul Paduan Suara Kelas Dunia yang Sempat Dipandang Sebelah Mata
Alunan
lagu Bycycle Race ciptaan Queen menggema dengan merdunya. Paduan suara itu
membawakannya dengan sebuah komposisi nada yang menghentak penuh semangat.
Setiap individu memiliki porsinya masing-masing. Nada vokal yang dipecah menjadi beberapa
bagian membentuk harmoni yang memanjakan telinga.
Luar
biasa! Itulah kata yang pantas untuk diberikan pada SVC (Sixers Voice Choir),
kelompok ekstra kurikuler SMA 6 Surabaya. Total tiga buah lagu yang pernah
membawa mereka meraih gold medal pada kejuaraan internasional di China
diperdengarkan di hadapan Surabaya Post.
SVC
hingga saat ini telah meraih segudang prestasi dari tingkat lokal, nasional
hingga internasional. Namun siapa sangka jika ekstra kurikuler itu pernah
mengalami masa-masa sulit hingga nyaris dibubarkan? Cerita tentang lika-liku
eksistensi mereka tentu mrnarik untuk disimak.
Sixers
Voice Choir didirikan pada tahun 2002 oleh sekumpulan pelajar yang memiliki
hobi bernyanyi. "Waktu awal didirikan anggotanya hanya 5 orang dan tanpa
pelatih. Jadi kakak-kakak kelas kami waktu itu berlatih sendiri," ujar
Nawalita, salah satu anggota SVC. Saat itu, kenang mereka adalah masa-masa
sulit bagi SVC, mengingat pada awal berdirinya mereka nyaris tanpa kegiatan
selain latihan rutin, sekalipun pernah, hanya satu-dua kali mereka
menyelenggarakan obade.
Pada
tahun 2003 hingga 2004, SVC bahkan mengalami kevakuman. Hal itu disebabkan
karena peminat ekstra kurikuler tersebut sangat sedikit hingga pada akhirnya tahun 2004 atas
inisiatif beberapa siswa SMA 6 yang kebanyakan perempuan, mereka menggiatkan
kembali kegiatan ekstra kurikuler itu.
"Tahun
2004, karena peminat sangat sedikit, sekolah sempat hendak menutup ekstra
kurikuler SVC, namun karena perjuangan kakak-kakak kami waktu itu, akhirnya
sekolah mau mempertimbangkan, dengan syarat SVC harus memiliki prestasi,"
ujar Made Kartika, anggota SVC. Dari ultimatum itulah menurut kisah para
anggota SVC yang dibeberkan pada Surabaya
Post membuat para anggota di tahun 2004 berpikir dan berjuang keras demi
meraih prestasi.
Secara
kebetulan pada tahun 2005 sekolah SMA 6 mendapat info lomba Female Choir, yakni
sebuah lomba menyanyi grup perempuan skala lokal di tingkat pelajar. Tanpa
panjang lebar SVC dengan rasa percaya diri tinggi mengikutsertakan kelompoknya
pada lomba itu. "Nah kebetulan waktu itu anggotanya ada 20 orang dan
semuanya perempuan. Jadi ya mereka ikut semua dalam lomba Female Choir
itu," ujar Ika Mustikawati, pembina SVC yang juga merangkap sebagai guru
biologi SMA 6 Surabaya.
Female
Choir, lomba pertama yang diikuti oleh SVC berhasil dengan memuaskan. Mereka
sukses meraih juara 1 sekaligus juara favorit pada ajang perlombaan itu.
Prestasi pertama mereka itu direspon pihak sekolah dengan cukup baik.
"Intinya sekolah sangat gembira dengan hasil prestisius yang diraih oleh
SVC. Terbukti, SVC yang awalnya dipandang sebelah mata pada akhirnya bisa
meraih prestasi," ujar Yudhistira Eka Putra, anggota SVC.
Hasil
memuaskan itu tentu melecut semangat siswa yang tergabung dalam ekstra
kurikuler paduan suara SVC di SMA 6 Surabaya. Secara perlahan tapi pasti
peminat ekstra kurikuler itu semakin bertambah. Pihak sekolah dan siswa
akhirnya mendatangkan beberapa pelatih berkualitas. Salah satu pelatih yang
pertama kali bergabung sebagai tim pengajar adalah Prita Kartika. Pengajar
pertama itu mengajarkan teknik vokal dan koreografi pada anak didiknya di SVC.
Perkembangannya hingga kini SVC telah memiliki 5 orang pengajar.
Pengalaman
juara pada 2005 rupanya memberi semangat luar biasa pada tim SVC. Adanya
pengajar paduan suara yang juga ulet membina dan mengasah kemampuan mereka
menjadikan SVC matang di dunia paduan suara. Mereka melakukan latihan secara
intensiv dan mengikuti lomba-lomba. Total, pada 2010, mereka mengikuti 3 lomba
paduan suara, diantaranya adalah ‘Surabaya Choir Competition’, menjadi juara 2,
‘Deteksi Pop Group’ mendapat peringkat 1, hingga mereka dikirim sebagai wakil
Indonesia untuk mengikuti lomba paduan suara kategori mix youth di Malaysia dengan tajuk MCE (Malaysia Choral
Eisteddfod), tingkat internasional dan berhasil membawa pulang gold medal!
“Meraih
gold medal dalam kejuaraan paduan
suara internasional tentu semakin menambah gairah SVC untuk terus berprestasi.
Sepanjang tahun 2010 hingga 2012, kami tidak pernah terlempar dari 3 besar,
kalau boleh dibilang ya 2 besar, sebab kami selalu menjadi juara 1,
kadang-kadang juara 2. Di bawah 2 kami tidak pernah,” ungkap Rizki Ramandityo,
anggota SVC.
Mempertahankan
gold medal yang diraih pada tahun
2010 di Malaysia tentu bukan urusan mudah. Pada 2012 mereka kembali mewakili
Indonesia di kejuaraan paduan suara kategori mix youth di China, bertajuk ‘Xinghai Prize Guang Zhou Open
Competition 2012’.
Berkat
usaha keras dan kekompakan, mereka berhasil mengharumkan nama Indonesia di mata
dunia dengan kembali meraih sekaligus mempertahankan gold medal yang mereka dapatkan di China dua tahun sebelumnya.
Setelah
aktif mengoleksi piala dari kejuaraan lokal hingga nasional, pergi mengikuti
kejuaraan internasional dengan beban nama bangsa di pundak adalah sesuatu yang
dibawa oleh para siswa yang tergabung dalam ekstra kurikuler paduan suara SVC
dari Indonesia ke Malaysia hingga China.
“Semua
pihak all out membantu upaya kami
mewakili Indonesia dalam kejuaraan internasional. Dari pengajar ekstra, kami
para siswa, orangtua, guru, gubernur, pemerintah hingga presiden,” ujar Alifia
Safira, anggota SVC. Menjelang keberangkatan, orangtua dan siswa bahu-membahu
menjadi panitia keberangkatan.
Para
guru memberi support, hingga Gubernur Jatim, Soekarwo, menyempatkan datang dan
memberi semangat. “Kata Pak Gubernur, pemerintah akan mendukung penuh usaha
kami. Begitupula pesan Pak Presiden ketika kami diundang beliau untuk tampil di
gedung Grahadi, Surabaya,” ucap Rahel Eunike, anggota SVC
Sesampainya
di Malaysia dalam rangka kejuaraan internasional, mereka langsung dihadapkan
pada ratusan kontestan dari berbagai belahan dunia. “Begitupula yang terjadi di
China. Kami sempat deg-degan karena
mereka keren-keren. Tapi yang membuat kami sedikit lega, mereka menganggap kami
paling heboh dan keren.
Mengapa?
Dari kostum dan penampilan kami, sangat unik dan benar-benar meng-Indonesia,” terang
Erisa Nur, anggota SVC. Dari kejuaraan di Malaysia dan China, kedua-duanya
mendapat gold medal. Nama
Indonesiapun dibuat harum karenanya. Dewan Juri yang berasal dari beberapa
negara menyebutkan, selain tekhnik vokal yang baik, penampilan mereka juga
unik, kreatif, dan menonjolkan segi kebudayaan Indonesia.
“Itulah
kelebihan SVC yang tidak dimiliki paduan suara lain. Setiap kali tampil kami
selalu mengenakan pakaian daerah, lagu daerah dan menonjolkan koreografi tarian
daerah. Jadi ada sisi kebudayaan Indonesia yang kami tampilkan,” ujar Bagas
Mardiansyah, anggota SVC.
Bagaimana
kiat-kiat SVC hingga mencapai kesuksesannya? Menurut Bayu Werdianto, salah satu
pengajar, mengatakan bahwa sistem latihan mereka sama seperti paduan suara
lain, yakni diawali dengan pemanasan fisik, pemanasan vokal, vocalyzing, latihan notasi, membentuk
dinamika antar bagian-bagian, kemudian masuk ke dalam lagu dan penataan
koreografi. “Yang membedakan adalah cara kami dalam menjalin keakraban antar
anggota. Di dalam SVC tidak ada senioritas-yunioritas, yang ada adalah
keluarga. Sesi latihan kamipun dilakukan dengan have fun dan penuh kehangatan,” pungkasnya.
QUOTE
Made Kartika, anggota SVC
“SVC
adalah keluarga kedua bagi kami. Karena kekeluargaan itu kami bisa menyatu dan
menyanyi dengan hati. Kami punya kemauan dan tekad yang besar”
Rahel Eunike Priskila, anggota SVC
“Salah
satu alasan saya masuk ke SMA 6 adalah SVC. Di dalam SVC kami diajarkan untuk
professional di semua kegiatan dan dalam kondisi apapun”
Rizki Ramadityo, anggota SVC
“SVC
adalah keluarga yang nyaman. Selain melatih ketrampilan bernyanyi, saya menjadi
lebih percaya diri dan belajar berbagai segi artistik”
Erisa Nur Agmelina, anggota SVC
“SVC
berbeda dengan ekstra kurikuler lain. Belajar musik secara santai dan serius
dan penuh rasa kekeluargaan. Selain itu bergabung dengan SVC, kami dapat meraih
banyak prestasi, bahkan membawa nama harum Indonesia”
Ika Mustikawati, Pembina SVC
“Paduan
Suara bagi saya adalah sebagai sarana menyalurkan bakat dan minat siswa sambil
belajar berorganisasi, bersosialisasi dan upaya menyeimbangkan otak kanan dan
otak kiri, menjaga emosi dan menjalin kebersamaan dan masih banyak aspek
positif yang bisa diambil”
Bagus Werdiyanto, pengajar SVC
“Suasana
SVC itu selalu bikin kangen. Satu dengan yang lain akrab bak keluarga. Paduan
suara yang baik adalah jika setiap orang di dalamnya merasa nyaman seperti
keluarga dan bisa saling menghormati. Tidak cukup bersuara bagus saja, namun
juga harus punya attitude”
Yudhistira Eka Putra, anggota SVC
“Dalam
paduan suara, selain dibutuhkan kekompakan dalam suara, setiap anggotanya harus
satu hati, satu tekad dan satu tujuan untuk meraih prestasi. Seperti yang ada
dalam SVC ini”
# Tulisan ini pernah dipublikasikan di Surabaya Post, 03 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar