Minggu, 17 Februari 2013

TIARA HANDYCRAFT: SUKSES FINANSIAL DAN SOSIAL





PROFIL USAHA

Nama Usaha                           : Tiara Handycraft
Alamat                                    : Jl. Sidosermo Indah II/5, Surabaya 60239
Pemilik Usaha                         : Titik Winarti
Penanggung Jawab                  : Yudha Darmawan
Jenis Usaha                             : Industri Rumah Tangga
Bidang Usaha                          : Pengolahan Tekstil
Berdiri Sejak                           : 1996

Penghargaan:
-          Juara II UKM berprestasi, Hari Koperasi Walikota Surabaya (2002)
-          Juara II Lomba Cipta Souvenir Surabaya (2003)
-          Penghargaan I Pengusaha Mikro Pencanangan Tahun Microcredit International (2005)
-          Penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Republik Indonesia (2010)


Sukses Finansial dan Sukses Sosial

Berawal dari hobi mengolah bahan tekstil menjadi souvenir, hiasan rumah tangga, pakaian dan sebagainya, Titik Winarti, sang pemilik dan penggagas berdirinya usaha Tiara Handycraft mendapatkan respon baik dari para tetangga ketika mereka melihat hasil karyanya. Pemesan demi pemesan akhirnya berdatangan dan Titik Winartipun mulai kebanjiran order.

“Awalnya hanya mengisi waktu luang saja. Kemudian karena banyak pemesan, saya mulai berpikir, ada baiknya saya membuat suatu usaha olahan tekstil. Keuntungannya bisa saya pakai untuk membantu perekonomian rumah tangga saya,” ujar Titik Winarti.

Meningkatnya permintaan terhadap karya olahan tekstil Titik Winarti membuatnya memberanikan diri untuk membuka sebuah usaha kecil menengah untuk menangani permintaan masyarakat terhadap karya-karyanya. Usaha Kecil Menengah itu ia dirikan pada tahun 1995 dan ia namakan ‘Tiara Handycraft’.

Dipilihnya usaha tekstil oleh Titik Winarti, tidak lain karena ia melihat kenyataan bahwa tekstil memberi pengaruh 90% pada kehidupan manusia. “Manusia butuh pakaian, butuh tekstil untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagainya. Maka dari itu saya melihat bahwa industri tekstil sangat berpotensi untuk digunakan sebagai lahan bisnis,” ungkap peraih titel Ibu Indonesia 2005 itu.

Ade Rizal, anak sulung Titik Winarti yang juga bekerja di Tiara Handycraft sebagai pengawas produksi menjelaskan bahwa pemakaian nama Tiara memiliki arti tersendiri, yakni ‘mahkota’. “Mahkota adalah lambang keanggunan, kemakmuran, kesehjahteraan. Harapannya agar usaha Ibu jadi ‘mahkota’ di mata intern perusahaan, juga di mata konsumen. Kami puas, konsumen juga puas,” ujarnya. Sedangkan ‘handycraft’ sendiri berarti kerajinan buatan tangan, sesuai dengan jenis usaha mereka yang bergerak di bidang pengolahan tekstil menjadi barang-barang kerajinan.

Pada awal perjalanannya, Tiara Handycraft memililki beberapa karyawan dengan omzet yang cukup lumayan. Namun, pada awal perjalanannya mereka cukup bermasalah dengan karyawan dan menyebabkan usaha mereka sempat mengalami kemunduran. “Saat itu tahun 1998-1999. Karyawan kami pada saat krisis moneter banyak yang cuti, tapi tak pernah kembali lagi. Sedangkan untuk menerima karyawan baru, kami harus terlebih dulu memberi pelatihan dan prosesnya lama. Makanya di tahun itu kami sempat mengalami kemunduran,” ujar Ade Rizal.

Melihat minimnya loyalitas dari beberapa karyawan yang pernah dipekerjakannya, Titik Winarti mulai berpikir untuk mencari karyawan baru. “Saat itu salah satu tetangga saya menawarkan kepada saya bahwa ada baiknya memperkerjakan para penyandang cacat sebagai karyawan. Selain agar produksi tetap jalan, saya bisa mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri mereka,” ujar Titik Winarti.

Alhasil, pada akhir tahun 1999, Titik Winarti melakukan kontak dengan dinas sosial dan lembaga-lembaga penyandang cacat untuk mendapatkan karyawan dan memberikan mereka pelatihan kemampuan berolah tekstil. Dari rekomendasi beberapa pihak, Tiara Handycraft akhirnya memperkerjakan beberapa karyawan difabel.

“Para penyandang cacat selama ini selalu dipandang sebelah mata. Mereka hanya terhambat di bidang fisik, namun secara mental mereka sama seperti manusia biasa. Mereka punya potensi yang bisa diasah, dan potensi mereka yang berkaitan dengan inovasi serta kreasi sesungguhnya tak kalah hebat dengan orang-orang normal,” ujar Yudha Darmawan, suami Titik Winarti yang juga merupakan penanggung jawab Tiara Handycraft.

Membina para penyandang cacat untuk dipekerjakan di Tiara Handycraft memang gampang-gampang susah. Titik Winarti mengaku bahwa adakalanya ia mendapat kesulitan saat membina dan memberi pelatihan kepada mereka.  “Salah satu kesulitannya adalah merubah mindset mereka. Mereka pada kehidupan sehari-hari terbiasa dilayani oleh orang lain, hal itu wajar karena mereka penyandang cacat, namun ketika di Tiara Handycraft, mereka diberi pelatihan, diberi kedisiplinan dan diberi pemahaman agar bisa mandiri, agar mereka bisa membuktikan kepada orang lain bahwasanya mereka mampu berkarya,“ ungkap peraih Kartini Award itu.

Dengan kesabaran dan ketekunan, Tiara Handycraft akhirnya mampu bangkit dan sukses. Hingga 2013, mereka memperkerjakan 42 penyandang cacat dan anak-anak putus sekolah. Kegiatan sosial dari Tiara Handycraft itu mendapat respon dan simpati dari berbagai pihak, bahkan, instansi pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta berlomba-lomba untuk memberikan bantuan kepada Tiara Handycraft.

Achmadi (30), salah seorang penyandang cacat yang juga karyawan Tiara Handycraft mengisahkan bahwa dirinya dulu berasal dari panti Bina Sosial di Pasuruan dan ditawari magang di Tiara Handycraft. “Setelah beberapa bulan magang, saya langsung diterima untuk bekerja di Tiara Handycraft,” ujarnya. Hingga kini Achmadi dan puluhan karyawan penyandang cacat lainnya bekerja di Tiara Handycraft dan berkarya demi kesehjahteraan usaha dan mereka sendiri.

Tiara Handycraft juga terkenal dengan adanya nuansa harmonis di lingkungan usahanya.  Para karyawan dianggap sebagai saudara oleh pemilik usaha, Titik Winarti. “Mereka berkarya disini, tinggal disini dan kami melakukan beberapa kegiatan secara bersama-sama. Makan bersama, sholat berjamaah juga bersama-sama. Tujuannya untuk memupuk persaudaraan dan keakraban diantara kami,” ujar Titik Winarti.

Untuk meraih kesuksesan tentu dibutuhkan cara tersendiri, dalam hal ini Tiara Handycraft meraih kesuksesannya dengan banyak hal, salah satunya adalah melakukan promosi dari mulut ke mulut, menjamin kepuasan konsumen dengan cara menggarap permintaan tepat waktu, sesuai keinginan konsumen; juga tanggung jawab terhadap produk yang dibeli oleh konsumen. “Misalnya ketika ada barang yang dikirim pada pembeli, kemudian salah satu barang kedapatan kurang sempurna, maka konsumen boleh mengembalikannya kepada kami dan kami akan memperbaikinya,” ujar Yudha Darmawan.

Hingga kini setiap bulannya Tiara Handycraft menerima ribuan order. Produk unggulan mereka yakni souvenir, tas, seprei, korden dan beragam olahan tekstil untuk kebutuhan rumah tangga. Ditilik dari omzet, mereka mampu meraih penghasilan sebesar 60 juta per bulan. Luar biasa bukan? Tentu Tiara Handycraft yang sukses secara sosial juga finansial, terbukti mampu memutarbalikkan pandangan negatif tentang para penyandang cacat, bahwa mereka juga mampu berkarya.


Dapat Perhatian Presiden Hingga Sekjen PBB

Kesuksesan Tiara Handycraft dari sisi sosial juga finansial mendapat respon positif dari pemerintah, bahkan sampai ke telinga Presiden! Titik Winarti mengisahkan bahwa Presiden tergugah atas kepedulian Tiara Handycraft kepada para penyandang cacat. Pada 2005 Titik Winarti mendapat kesempatan bertemu dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia.

“Bu, Indonesia membutuhkan orang-orang seperti anda agar bangsa ini menjadi kuat. Itu kata Presiden kepada saya,” ungkap Titik Winarti. Setelah diberi kesempatan bertemu, Presiden bersama Ibu negara juga berkesempatan melihat-lihat produk dari Tiara Handycraft.

Berbagai penghargaan yang dialamatkan kepada Tiara Handycraft, juga penghargaan secara individu terhadap sang pemilik, membuat Tiara Handycraft dilirik untuk ambil bagian dalam Sidang Umum PBB yang diperuntukkan bagi para pengusaha Mikro dalam tajuk Pencanangan Tahun Microedit International pada tahun 2005. Dalam Kesempatan tersebut, Titik Winarti mendapat kesempatan berpidato di depan sidang umum dan mendapat standing applause. “Banyak dari mereka yang terkesan terhadap Tiara Handycraft yang memberi kesempatan kepada penyandang cacat untuk berkarya dan mengembangkan potensi diri,” ujar perempuan yang juga pernah meraih penghargaan International visitor leadership program bertajuk ‘Women and Enterpreneurship’ dari USA itu.

bersama Mrs. Kofi Annan
Sekjend PBB bersama Istri seusai sidang berkesempatan melihat-lihat produk Tiara Handycraft. Mereka berdua, papar Titik Winarti sangat terkesan dengan produk olahan tekstil Tiara Handycraft dan tidak menyangka bahwa itu semua merupakan hasil karya para penyandang cacat.
Tiara Handycraft dalam berbagai kesempatan sering mengekspor produknya. Pada tingkat domestik, Tiara Handycraft rutin mengirim produknya dari Jawa ke Bali. Tingkat ekspor, mereka sering mengekspor produk mereka ke berbagai negara seperti Belanda, Brazil, dan secara rutin memasok produk kerajinan di Conecticcut, Amerika Serikat. Mereka cukup sukses merambah pasar luar negri, dan kesuksesan itu semakin dirasakan usai mereka memamerkan produknya dalam pameran-pameran handycraft di luar negri, terlebih setelah pemiliknya, Titik Winarti mendapat kesempatan tampil di sidang umum PBB hingga kerap menjadi pembicara di luar negri.

# tulisan ini pernah dimuat di Surabaya Post edisi minggu, 27 Januari 2013
# foto2 diantaranya diambil dari blognya tiara handycraft






1 komentar:

  1. Sukses Selalu TIARA Handycraft :)
    yuk.. berkunjung juga di Mutira HandyCraft http://distrocraftindonesia.blogspot.com/

    BalasHapus