PROFIL
USAHA
Nama Usaha : Tiara Handycraft
Alamat : Jl.
Sidosermo Indah II/5, Surabaya 60239
Pemilik Usaha : Titik Winarti
Penanggung Jawab : Yudha Darmawan
Jenis Usaha : Industri Rumah
Tangga
Bidang Usaha : Pengolahan
Tekstil
Berdiri Sejak : 1996
Penghargaan:
-
Juara II UKM berprestasi, Hari Koperasi
Walikota Surabaya (2002)
-
Juara II Lomba Cipta Souvenir Surabaya
(2003)
-
Penghargaan I Pengusaha Mikro
Pencanangan Tahun Microcredit International (2005)
-
Penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial
dari Presiden Republik Indonesia (2010)
Sukses
Finansial dan Sukses Sosial
Berawal dari hobi
mengolah bahan tekstil menjadi souvenir, hiasan rumah tangga, pakaian dan
sebagainya, Titik Winarti, sang pemilik dan penggagas berdirinya usaha Tiara
Handycraft mendapatkan respon baik dari para tetangga ketika mereka melihat
hasil karyanya. Pemesan demi pemesan akhirnya berdatangan dan Titik Winartipun
mulai kebanjiran order.
“Awalnya hanya mengisi
waktu luang saja. Kemudian karena banyak pemesan, saya mulai berpikir, ada
baiknya saya membuat suatu usaha olahan tekstil. Keuntungannya bisa saya pakai
untuk membantu perekonomian rumah tangga saya,” ujar Titik Winarti.
Meningkatnya permintaan
terhadap karya olahan tekstil Titik Winarti membuatnya memberanikan diri untuk
membuka sebuah usaha kecil menengah untuk menangani permintaan masyarakat
terhadap karya-karyanya. Usaha Kecil Menengah itu ia dirikan pada tahun 1995
dan ia namakan ‘Tiara Handycraft’.
Dipilihnya usaha
tekstil oleh Titik Winarti, tidak lain karena ia melihat kenyataan bahwa
tekstil memberi pengaruh 90% pada kehidupan manusia. “Manusia butuh pakaian,
butuh tekstil untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagainya. Maka dari itu saya
melihat bahwa industri tekstil sangat berpotensi untuk digunakan sebagai lahan
bisnis,” ungkap peraih titel Ibu Indonesia 2005 itu.
Ade Rizal, anak sulung
Titik Winarti yang juga bekerja di Tiara Handycraft sebagai pengawas produksi
menjelaskan bahwa pemakaian nama Tiara memiliki arti tersendiri, yakni
‘mahkota’. “Mahkota adalah lambang keanggunan, kemakmuran, kesehjahteraan.
Harapannya agar usaha Ibu jadi ‘mahkota’ di mata intern perusahaan, juga di
mata konsumen. Kami puas, konsumen juga puas,” ujarnya. Sedangkan ‘handycraft’
sendiri berarti kerajinan buatan tangan, sesuai dengan jenis usaha mereka yang
bergerak di bidang pengolahan tekstil menjadi barang-barang kerajinan.
Pada awal
perjalanannya, Tiara Handycraft memililki beberapa karyawan dengan omzet yang
cukup lumayan. Namun, pada awal perjalanannya mereka cukup bermasalah dengan
karyawan dan menyebabkan usaha mereka sempat mengalami kemunduran. “Saat itu
tahun 1998-1999. Karyawan kami pada saat krisis moneter banyak yang cuti, tapi
tak pernah kembali lagi. Sedangkan untuk menerima karyawan baru, kami harus
terlebih dulu memberi pelatihan dan prosesnya lama. Makanya di tahun itu kami
sempat mengalami kemunduran,” ujar Ade Rizal.
Melihat minimnya
loyalitas dari beberapa karyawan yang pernah dipekerjakannya, Titik Winarti
mulai berpikir untuk mencari karyawan baru. “Saat itu salah satu tetangga saya
menawarkan kepada saya bahwa ada baiknya memperkerjakan para penyandang cacat
sebagai karyawan. Selain agar produksi tetap jalan, saya bisa mengembangkan
kemampuan dan kepercayaan diri mereka,” ujar Titik Winarti.
Alhasil, pada akhir
tahun 1999, Titik Winarti melakukan kontak dengan dinas sosial dan
lembaga-lembaga penyandang cacat untuk mendapatkan karyawan dan memberikan
mereka pelatihan kemampuan berolah tekstil. Dari rekomendasi beberapa pihak,
Tiara Handycraft akhirnya memperkerjakan beberapa karyawan difabel.
“Para penyandang cacat
selama ini selalu dipandang sebelah mata. Mereka hanya terhambat di bidang
fisik, namun secara mental mereka sama seperti manusia biasa. Mereka punya
potensi yang bisa diasah, dan potensi mereka yang berkaitan dengan inovasi
serta kreasi sesungguhnya tak kalah hebat dengan orang-orang normal,” ujar
Yudha Darmawan, suami Titik Winarti yang juga merupakan penanggung jawab Tiara
Handycraft.
Membina para penyandang
cacat untuk dipekerjakan di Tiara Handycraft memang gampang-gampang susah.
Titik Winarti mengaku bahwa adakalanya ia mendapat kesulitan saat membina dan
memberi pelatihan kepada mereka. “Salah
satu kesulitannya adalah merubah mindset mereka.
Mereka pada kehidupan sehari-hari terbiasa dilayani oleh orang lain, hal itu
wajar karena mereka penyandang cacat, namun ketika di Tiara Handycraft, mereka
diberi pelatihan, diberi kedisiplinan dan diberi pemahaman agar bisa mandiri,
agar mereka bisa membuktikan kepada orang lain bahwasanya mereka mampu
berkarya,“ ungkap peraih Kartini Award itu.
Dengan kesabaran dan
ketekunan, Tiara Handycraft akhirnya mampu bangkit dan sukses. Hingga 2013,
mereka memperkerjakan 42 penyandang cacat dan anak-anak putus sekolah. Kegiatan
sosial dari Tiara Handycraft itu mendapat respon dan simpati dari berbagai
pihak, bahkan, instansi pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta
berlomba-lomba untuk memberikan bantuan kepada Tiara Handycraft.
Achmadi (30), salah
seorang penyandang cacat yang juga karyawan Tiara Handycraft mengisahkan bahwa
dirinya dulu berasal dari panti Bina Sosial di Pasuruan dan ditawari magang di
Tiara Handycraft. “Setelah beberapa bulan magang, saya langsung diterima untuk
bekerja di Tiara Handycraft,” ujarnya. Hingga kini Achmadi dan puluhan karyawan
penyandang cacat lainnya bekerja di Tiara Handycraft dan berkarya demi
kesehjahteraan usaha dan mereka sendiri.
Tiara Handycraft juga
terkenal dengan adanya nuansa harmonis di lingkungan usahanya. Para karyawan dianggap sebagai saudara oleh
pemilik usaha, Titik Winarti. “Mereka berkarya disini, tinggal disini dan kami
melakukan beberapa kegiatan secara bersama-sama. Makan bersama, sholat
berjamaah juga bersama-sama. Tujuannya untuk memupuk persaudaraan dan keakraban
diantara kami,” ujar Titik Winarti.
Untuk meraih kesuksesan
tentu dibutuhkan cara tersendiri, dalam hal ini Tiara Handycraft meraih
kesuksesannya dengan banyak hal, salah satunya adalah melakukan promosi dari
mulut ke mulut, menjamin kepuasan konsumen dengan cara menggarap permintaan
tepat waktu, sesuai keinginan konsumen; juga tanggung jawab terhadap produk
yang dibeli oleh konsumen. “Misalnya ketika ada barang yang dikirim pada
pembeli, kemudian salah satu barang kedapatan kurang sempurna, maka konsumen
boleh mengembalikannya kepada kami dan kami akan memperbaikinya,” ujar Yudha
Darmawan.
Hingga kini setiap
bulannya Tiara Handycraft menerima ribuan order. Produk unggulan mereka yakni
souvenir, tas, seprei, korden dan beragam olahan tekstil untuk kebutuhan rumah
tangga. Ditilik dari omzet, mereka mampu meraih penghasilan sebesar 60 juta per
bulan. Luar biasa bukan? Tentu Tiara Handycraft yang sukses secara sosial juga
finansial, terbukti mampu memutarbalikkan pandangan negatif tentang para
penyandang cacat, bahwa mereka juga mampu berkarya.
Dapat
Perhatian Presiden Hingga Sekjen PBB
Kesuksesan Tiara
Handycraft dari sisi sosial juga finansial mendapat respon positif dari
pemerintah, bahkan sampai ke telinga Presiden! Titik Winarti mengisahkan bahwa
Presiden tergugah atas kepedulian Tiara Handycraft kepada para penyandang
cacat. Pada 2005 Titik Winarti mendapat kesempatan bertemu dengan Susilo
Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia.
“Bu, Indonesia
membutuhkan orang-orang seperti anda agar bangsa ini menjadi kuat. Itu kata
Presiden kepada saya,” ungkap Titik Winarti. Setelah diberi kesempatan bertemu,
Presiden bersama Ibu negara juga berkesempatan melihat-lihat produk dari Tiara
Handycraft.
Berbagai penghargaan
yang dialamatkan kepada Tiara Handycraft, juga penghargaan secara individu
terhadap sang pemilik, membuat Tiara Handycraft dilirik untuk ambil bagian
dalam Sidang Umum PBB yang diperuntukkan bagi para pengusaha Mikro dalam tajuk
Pencanangan Tahun Microedit International
pada tahun 2005. Dalam Kesempatan tersebut, Titik Winarti mendapat
kesempatan berpidato di depan sidang umum dan mendapat standing applause. “Banyak dari mereka yang terkesan terhadap Tiara
Handycraft yang memberi kesempatan kepada penyandang cacat untuk berkarya dan
mengembangkan potensi diri,” ujar perempuan yang juga pernah meraih penghargaan
International visitor leadership program bertajuk
‘Women and Enterpreneurship’ dari USA itu.
bersama Mrs. Kofi Annan |
Sekjend PBB bersama
Istri seusai sidang berkesempatan melihat-lihat produk Tiara Handycraft. Mereka
berdua, papar Titik Winarti sangat terkesan dengan produk olahan tekstil Tiara
Handycraft dan tidak menyangka bahwa itu semua merupakan hasil karya para
penyandang cacat.
Tiara Handycraft dalam
berbagai kesempatan sering mengekspor produknya. Pada tingkat domestik, Tiara
Handycraft rutin mengirim produknya dari Jawa ke Bali. Tingkat ekspor, mereka
sering mengekspor produk mereka ke berbagai negara seperti Belanda, Brazil, dan
secara rutin memasok produk kerajinan di Conecticcut, Amerika Serikat. Mereka
cukup sukses merambah pasar luar negri, dan kesuksesan itu semakin dirasakan
usai mereka memamerkan produknya dalam pameran-pameran handycraft di luar
negri, terlebih setelah pemiliknya, Titik Winarti mendapat kesempatan tampil di
sidang umum PBB hingga kerap menjadi pembicara di luar negri.
# tulisan ini pernah dimuat di Surabaya Post edisi minggu, 27 Januari 2013
# foto2 diantaranya diambil dari blognya tiara handycraft
Sukses Selalu TIARA Handycraft :)
BalasHapusyuk.. berkunjung juga di Mutira HandyCraft http://distrocraftindonesia.blogspot.com/