Senin, 18 Mei 2020

Bikkhu Misterius dan Wastafel Rumahku



Ketika siang, apalagi sedang libur panjang seperti ini, aku selalu meluangkan waktu utk jalan-jalan di perumahan samping kampungku yang terdapat taman cukup luas. Ketika sedang asyik jalan-jalan, di bangku kecil di bawah pohon rindang duduklah seorang plontos berpakaian kain terusan coklat. Dia bhikku. Aku yakin! Kulitnya hitam legam, matanya sayu namun auranya teduh. Ketika aku melewatinya, ia tersenyum menyapa; tentu kubalas pula sapanya; lalu aku memberanikan diri untuk duduk di dekatnya, berbasa-basi sedikit, lalu mengajaknya bercakap,

"Dalam situasi dimana segalanya dibatasi, tentu anda sebagai bikkhu nggak begitu kaget, ya.. karena anda sudah terbiasa menyepi, bermeditasi, dan menahan segala nafsu serta amarah".

Bikkhu itu tersenyum simpul. Tangan kanannya menepuk lututku.

"Berbahagialah kamu. Dalam keadaan sesulit apapun, termasuk saat ini, kamu pasti selalu menemukan jalan keluar. Banyak bantuan atau kesempatan bagus yang datang tiba-tiba"

"Holy John Lennon! Mengapa anda bisa menerka sedemikian rupa? Apakah berkaitan dengan karma baik seperti dalam ajaran Buddha?"

"Ya, tapi ada satu hal.. ada karma baik yang sering kamu lakukan, tapi tanpa kamu sadari.. dan karma itulah yang membuahkan hasil berupa pertolongan dari segala kesulitan-kesulitanmu".

Aku berpikir sejenak. Karma baik apa yang pernah kulakukan? Paling pol seminggu belakangan ini cuma mentraktir kopi pada pak tua penjual keset di warkop langganan yang tiap sore selalu mampir. Itupun nggak sering2 banget. Karena penasaran aku bertanya,

"Karma baik dalam bentuk apa yang saya tidak sadari namun sering saya lakukan?"

Bikkhu itu kembali tersenyum, lalu menjawab,

"Di dalam rumahmu ada wastafel di pinggir kamar mandi, menghadap ke arah utara. Betulkah?"

"Demi Ozzy Osbourne!, betul sekali yang bikkhu katakan!"

Tangan kanannya beralih memegang pundak kiriku.

"Bukan jarang, tapi sering sekali kamu menolong semut atau serangga bersayap yang basah. Kau angkat hewan itu dengan menggunakan kuku ibu jarimu ini lalu kau letakkan di tempat yang kering," katanya sambil memegang ibu jariku.

Demi Steven Tyler yang maha mbois! Betul!, kataku dalam hati.

"Jika tidak kau selamatkan, hewan-hewan kecil itu akan mati terhisap lubang wastafel".

Segala puji ke hadirat Janis Joplin dewi rock and roll!! apa yang dikatakannya memang pernah kulakukan!

"Karma baik atas merekalah yang selama ini menolongmu. Jangan bosan untuk melakukan itu. Yang kau tanam, itulah yang kau tuai".

Aku terdiam. Sebenarnya aku tak tahu harus membahas tentang apa lagi. Sekian lama aku diam, lalu tiba-tiba muncul satu pertanyaan diluar permasalahan soal karma itu. Belum sempat aku mengungkapkannya, bikkhu itu seperti dapat menebak isi pikiranku, dan tiba-tiba ia berkata,

"Sama, dik. Begitupula pandemi ini. Saat ini sebenarnya dunia sedang masuk dalam perputaran karma. Manusia sedang menuai. Pandemi ini akan memakan waktu lama, tapi pasti akan selesai. Kemudian di lain waktu adharma kembali terjadi, saat itu pula manusia kembali menuai. Perputaran akan terus berlangsung".

Aku terheran-heran, terperangah, kaget, bercampur jadi satu, sampai kemudian lagi-lagi bikkhu itu dapat dengan tepat menebak isi pikiranku. Dengan halus ia menyuruhku pulang karena hari ini aku belum memberi makan ikan-ikan peliharaanku di aquarium. Akupun segera berpamitan.

"Sabbe satta bhavantu sukhitatta," ujar bikkhu itu sambil mengatupkan kedua tangannya. Aku mengangguk dan mengatup kedua tanganku, lalu aku bergegas pulang.

Di rumah, setelah memberi makan ikan dan mandi sore, aku bergegas kembali untuk menemui bikkhu itu. Bahkan namanya, asalnya, tempat tinggalnya, belum sempat kutanyakan padanya. Tetapi ketika aku sampai ke bawah pohon tempat beliau duduk tadi, bikkhu itu sudah tidak ada disana. Aku sempat bertanya pada beberapa orang, bahkan pada petugas perumahan. Salah satunya malah ketawa sambil meledek,

"Sampeyan itu ngelindur, mas.. mana ada warga sini yang jadi biksu!"

Jadilah selama setengah hari ini aku dibuat heran. Memang banyak pelajaran yang aku dapatkan dari bikkhu itu di siang ini, tapi siapa dia? Mengapa warga tak satupun mengenalnya? Apakah tidak mencolok ada bikkhu berkepala plontos, berpakaian kain terusan coklat sedang berjalan-jalan di perumahan lalu duduk di bangku kecil di bawah pohon? Mengapa tak ada seorangpun yang tahu? 

Ah, mungkin warga sedang kena pandemi rabun.. atau bikkhu itu adalah seorang linuwih.. dan semoga kelak aku bertemu dengannya lagi. Aku jadi percaya bahwa ada orang-orang tertentu di muka bumi ini yang kedatangannya selalu membawa pesan dan nasehat positif kepada siapa saja yang ditemuinya. 

Semoga semua mahluk berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar