Senin, 04 Maret 2013

Ekskul Kulintang SD St Carolus Lestarikan Musik Tradisional dengan Prestasi Nasional



Nama Ekskul   : Kulintang
Sekolah           : SDK St Carolus Surabaya
Jenis                : Musik Tradisional
Berdiri Sejak    : 2008
Pembina          : Sugiyono
Prestasi           :

2011
-          Juara Nasional Lomba Kulintang tingkat SD
-          Juara I Lomba Kulintang tingkat SD se-Jawa Timur
-          Juara I Festival Kulintang Diknas tingkat SD se-kota Surabaya

2012
-          Juara III festival musik tradisional tingkat SD se-Jawa Timur
-          Juara II festival kulintang tingkat SD se-Jatim
 

Membangkitkan minat siswa dengan mengusung konsep ‘have fun’


Puluhan siswa berlari-lari kecil dengan mendorong perlengkapan alat musik yang tersimpan di atas sebuah meja beroda. Antusiasme anak-anak itu terlihat di tengah panasnya matahari yang sedikit menyengat. Alat-alat itu ditata berjajar di selasar lorong lantai dua sekolah mereka. Keteduhan sedikit melegakan upaya siswa yang telah bekerja keras membawa perangkat musik yang rencananya mereka mainkan di siang itu.

“Ini sudah saya siapkan notasinya. Ayo ambil posisi dan segera mainkan dengan baik dan benar; yang kompak lho ya!” ucap Sugiyono, Pembina ekstra kurikuler setelah menyiapkan papan tulis besar bertuliskan notasi musik yang diletakkan di hadapan siswa.

Dengan segera para siswa membuka perlengkapan alat musik yang semula diselimuti oleh kain merah. Tampak, perlengkapan musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara dipukul. Kulintang namanya. Siang itu para siswa SDK St Carolus Surabaya menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler kulintang, dibawah bimbingan pembinanya yang cukup lihai.

‘Mars Yayasan Tarakanita’ adalah lagu pertama yang mereka bawakan dengan simfoni kulintang yang rancak. Satu-persatu siswa peserta ekstra kurikuler kulintang membawakannya dengan penuh semangat. Harmoni yang muncul meresap di dalam hati para pemain kulintang. Para guru dan beberapa siswa yang ikut menontonpun hanyut dalam alunan nada.

“Mars Tarakanita adalah lagu wajib yang dibawakan setiap ada even sekolah,” ujar Diana Cindrawati, peserta ekstra kurikuler kulintang. Perlu diketahui, mars itu diciptakan khusus untuk yayasan Tarakanita, yakni sebuah yayasan yang menaungi beberapa sekolah Katolik di Surabaya, diantaranya SDK-SMAK St Yosef, juga sekolah SDK St Carolus.

Sistem pengajaran yang diberikan Sugiyono dalam membina ekskul itu cukup unik. Para siswa diajarkan untuk mengetahui dan memahami dasar alat musik kulintang, kemudian diberi pengetahuan dasar menyangkut notasi dan teknik memainkannya. Konsep ‘have fun’ cukup meningkatkan antusiasme siswa. “Mereka diberi pemahaman tentang lagu daerah, kemudian memainkannya dengan alat musik kulintang,” ujar Sugiyono.

Sejak pertama kali berdiri pada tahun 2008, ekskul ini banyak menghasilkan aransemen musik daerah dengan alat musik kulintang. “Kini koleksi aransemen lagu daerah kami sudah sangat banyak. Perlahan-lahan kami mulai mengaransemen lagu modern,” tambah Sugiyono. Eksplorasi itulah yang semakin membangkitkan minat siswa dalam mendalami alat musik kulintang.

Cara pengajaran yang unik, dukungan sekolah dan orangtua siswa sangat menunjang para siswa untuk dapat berprestasi di luar sekolah. Selama berdiri sejak 2008, puluhan prestasi tingkat lokal dan provinsi telah banyak mereka raih, bahkan pada 2011 mereka meraih prestasi tingkat nasional dan mengharumkan nama sekolah, kota Surabaya sekaligus provinsi Jawa Timur.

Bagaimana membangkitkan semangat anak didik untuk bisa mendalami musik tradisional ditengah gempuran arus budaya modern? Ponti Selly, salah satu siswa peserta ekstra kurikuler kulintang menyebutkan bahwa ia semakin tertarik untuk mendalami musik tradisional karena termotivasi oleh kata-kata pembinanya. “Kata Pembina, membangun bangsa haruslah terlebih dulu membangun budayanya. Jadi, budaya harus dilestarikan agar bisa terus eksis dan tidak punah,” paparnya.

Semangat menjaga kebudayaan Indonesia, utamanya musik tradisional kulintang sangat tertanam di hati para peserta ekstra kurikuler kulintang di SDK St. Carolus. “Musik modern biarkan saja tetap ada, yang penting kita tetap setia menjaga budaya musik kulintang. Itu malah menambah kreativitas kami. Buktinya, kami bisa lho mengaransemen musik masa kini versi kulintang,” ceplos Violin Leonard, siswa peserta ekstra kurikuler kulintang.

Untuk membuktikannya, mereka membawakan sebuah lagu berjudul ‘Simfoni yang Indah’ kepada Surabaya Post yang berkesempatan meliput ekskul mereka. Tampak, lagu yang pernah popular dibawakan oleh Chrisye itu mengalun dengan indah, dalam nuansa kulintang yang mendayu-dayu. “Lagu inilah yang dulu mengantar kakak-kakak kami meraih juara nasional festival kulintang,” ujar Abraham Natanael, peserta ekskul kulintang.

Selain ‘Simfoni yang indah’, dibawakan pula lagu daerah berjudul ‘manuk dadali’ yang juga berbuah juara nasional. Memang peserta lomba kulintang tingkat nasional telah banyak yang lulus sekolah, namun, pembinaan kreativitas mereka tetap terjaga hingga saat ini. Terbukti, selepas juara pada tahun 2011, mereka tetap melanjutkan tradisi juaranya di tahun 2012, dan hingga saat ini mereka menyiapkan diri untuk mengikuti lomba-lomba yang terjadwal di tahun 2013.


Step by Step, dari Lokal hingga Menasional

Ekskul kulintang aktif  latihan setiap kamis pagi Pukul 10.00. Intensitas berlatih mereka tak hanya berhenti pada jadwal rutin, namun secara inisiatif para siswa meneruskan latihan mereka ketika ada waktu senggang, di luar jam pelajaran sekolah. Intensitas latihan dan kepercayaan diri yang cukup tinggi membuat mereka memberanikan diri mengikuti festival-festival kulintang yang diadakan di kota Surabaya.

Lomba pertama mereka adalah festival angklung dan kulintang yang diadakan oleh manajemen Grand City, Surabaya. Lomba itu mengikutsertakan ratusan siswa yang mewakili puluhan sekolah di Jawa Timur. Tak dinyana, puluhan sekolah itu berhasil disingkirkan dari perebutan gelar oleh para siswa SDK St Carolus. Pada kesempatan itu mereka berhasil meraih juara I tingkat Jawa Timur.

“Setelah lomba Grand City, siswa-siswi kami pada 2011 mengikuti perlombaan kedua yang diselenggarakan oleh Diknas, yang menentukan eksistensi siswa-siswi kami di tingkat nasional,” ungkap Yanto, wakil kepala sekolah SDK St Carolus.

Perlombaan kedua itu diraih dengan hasil memuaskan oleh para siswa peserta ekstra kurikuler kulintang SDK St Carolus. Mereka mendapatkan juara I dan berhak mewakili kota Surabaya dalam perlombaan tingkat Jawa Timur, yang diselenggarakan di Taman Budaya, Surabaya.

Tradisi Juara masih diteruskan. Mereka berhasil meraih juara I festival kulintang tingkat Jawa Timur dan mewakili provinsinya di tingkat nasional. “Faktor antusiasme, kemauan dan kreativitas siswa sangat menunjang dalam prestasi yang mengantarkan mereka dalam kejuaraan tingkat nasional,” ujar Emy, kepala sekolah SDK St Carolus.

Akhirnya perlombaan kulintang tingkat nasionalpun tiba. Ketika itu Surabaya menjadi tuan rumah perlombaan. SDK St Carolus tampil di hadapan dewan juri yang diisi oleh musisi-musisi nasional, penggiat musik daerah yang sangat sangat tinggi jam terbangnya. “Penilaian mereka didasarkan teknik, aransemen, sekaligus pembawaannya, menyangkut kostum dan sebagainya. Waktu itu SDK St Carolus tampil dengan menggunakankostum lagu daerah,” tutur Sugiyono.

Puncaknya, SDK St Carolus dapat mengharumkan tuan rumah, kota Surabaya sekaligus Provinsi Jawa Timur dalam perlombaan skala nasional tersebut. Mereka mendapat juara I dan sudah barang tentu melegakan, mengingat kerja keras dan persiapan latihan mereka selama berbulan-bulan.

“Kemarin, saat ini, dan nanti, kami tetap setia menekuni ekstra kurikuler kulintang dan tetap berusaha untuk meraih juara di setiap perlombaan,” pungkas Sugiyono, sesuai dengan filosofi membangun sebuah bangsa harus diawali dengan membangun budayanya. Jika semua individu memiliki kepedulian terhadap budaya bangsa, seperti halnya SDK St Carolus yang memiliki kepedulian terhadap eksistensi musik tradisional, maka Indonesia bukan tidak mungkin akan terpandang di mata dunia.



 Komentar

 
Sugiyono, pembina ekskul kulintang


“Belajar kulintang sebenarnya sangat mudah. Asalkan siswa memiliki keinginan, fokus dan mau berproses bersama-sama. Selain itu siswa juga dituntut memiliki kreativitas dalam olah nada dan olah rasa.


 
Theresa D.D, peserta ekskul kulintang
“Kulintang itu asyik, bisa melestarikan musik Indonesia dengan cara berlatih dan belajar kulintang dengan giat”
 



Diana Cindrawati, peserta ekskul kulintang
“Kulintang itu bisa membangkitkan semangat saya untuk menimba ilmu di bidang musik tradisi”

 



Abraham Natanael Pattinasarani, peserta ekskul kulintang
“Saya senang bisa bermain musik lewat kulintang. Selain itu saya ingin menjadi juara seperti kakak-kakak saya yang dulu pernah juara”

 



Violin Leonard, peserta ekskul kulintang
“Belajar kulintang itu mengasyikkan. Bisa berkumpul dan berlatih bersama teman-teman”
 




Ponti Selly, peserta ekskul kulintang
“Bisa ikut lomba-lomba adalah salah satu keinginan saya. Makanya saya ikut ekstra kurikuler kulintang untuk bisa mewujudkannya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar