Nama
Ekskul : Kulintang
Sekolah
: SDK St Carolus Surabaya
Jenis
: Musik Tradisional
Berdiri
Sejak : 2008
Pembina
: Sugiyono
Prestasi
:
2011
-
Juara
Nasional Lomba Kulintang tingkat SD
-
Juara
I Lomba Kulintang tingkat SD se-Jawa Timur
-
Juara
I Festival Kulintang Diknas tingkat SD se-kota Surabaya
2012
-
Juara
III festival musik tradisional tingkat SD se-Jawa Timur
-
Juara
II festival kulintang tingkat SD se-Jatim
Membangkitkan
minat siswa dengan mengusung konsep ‘have fun’
Puluhan
siswa berlari-lari kecil dengan mendorong perlengkapan alat musik yang
tersimpan di atas sebuah meja beroda. Antusiasme anak-anak itu terlihat di tengah
panasnya matahari yang sedikit menyengat. Alat-alat itu ditata berjajar di
selasar lorong lantai dua sekolah mereka. Keteduhan sedikit melegakan upaya
siswa yang telah bekerja keras membawa perangkat musik yang rencananya mereka
mainkan di siang itu.
“Ini
sudah saya siapkan notasinya. Ayo ambil posisi dan segera mainkan dengan baik
dan benar; yang kompak lho ya!” ucap Sugiyono, Pembina ekstra kurikuler setelah
menyiapkan papan tulis besar bertuliskan notasi musik yang diletakkan di
hadapan siswa.
Dengan
segera para siswa membuka perlengkapan alat musik yang semula diselimuti oleh
kain merah. Tampak, perlengkapan musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan
dengan cara dipukul. Kulintang namanya. Siang itu para siswa SDK St Carolus
Surabaya menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler kulintang, dibawah
bimbingan pembinanya yang cukup lihai.
‘Mars
Yayasan Tarakanita’ adalah lagu pertama yang mereka bawakan dengan simfoni
kulintang yang rancak. Satu-persatu siswa peserta ekstra kurikuler kulintang
membawakannya dengan penuh semangat. Harmoni yang muncul meresap di dalam hati
para pemain kulintang. Para guru dan beberapa siswa yang ikut menontonpun
hanyut dalam alunan nada.
“Mars
Tarakanita adalah lagu wajib yang dibawakan setiap ada even sekolah,” ujar
Diana Cindrawati, peserta ekstra kurikuler kulintang. Perlu diketahui, mars itu
diciptakan khusus untuk yayasan Tarakanita, yakni sebuah yayasan yang menaungi
beberapa sekolah Katolik di Surabaya, diantaranya SDK-SMAK St Yosef, juga
sekolah SDK St Carolus.
Sistem
pengajaran yang diberikan Sugiyono dalam membina ekskul itu cukup unik. Para
siswa diajarkan untuk mengetahui dan memahami dasar alat musik kulintang,
kemudian diberi pengetahuan dasar menyangkut notasi dan teknik memainkannya.
Konsep ‘have fun’ cukup meningkatkan antusiasme siswa. “Mereka diberi pemahaman
tentang lagu daerah, kemudian memainkannya dengan alat musik kulintang,” ujar
Sugiyono.
Sejak
pertama kali berdiri pada tahun 2008, ekskul ini banyak menghasilkan aransemen
musik daerah dengan alat musik kulintang. “Kini koleksi aransemen lagu daerah
kami sudah sangat banyak. Perlahan-lahan kami mulai mengaransemen lagu modern,”
tambah Sugiyono. Eksplorasi itulah yang semakin membangkitkan minat siswa dalam
mendalami alat musik kulintang.
Cara
pengajaran yang unik, dukungan sekolah dan orangtua siswa sangat menunjang para
siswa untuk dapat berprestasi di luar sekolah. Selama berdiri sejak 2008,
puluhan prestasi tingkat lokal dan provinsi telah banyak mereka raih, bahkan
pada 2011 mereka meraih prestasi tingkat nasional dan mengharumkan nama
sekolah, kota Surabaya sekaligus provinsi Jawa Timur.
Bagaimana
membangkitkan semangat anak didik untuk bisa mendalami musik tradisional
ditengah gempuran arus budaya modern? Ponti Selly, salah satu siswa peserta
ekstra kurikuler kulintang menyebutkan bahwa ia semakin tertarik untuk
mendalami musik tradisional karena termotivasi oleh kata-kata pembinanya. “Kata
Pembina, membangun bangsa haruslah terlebih dulu membangun budayanya. Jadi,
budaya harus dilestarikan agar bisa terus eksis dan tidak punah,” paparnya.
Semangat
menjaga kebudayaan Indonesia, utamanya musik tradisional kulintang sangat
tertanam di hati para peserta ekstra kurikuler kulintang di SDK St. Carolus.
“Musik modern biarkan saja tetap ada, yang penting kita tetap setia menjaga
budaya musik kulintang. Itu malah menambah kreativitas kami. Buktinya, kami
bisa lho mengaransemen musik masa kini versi kulintang,” ceplos Violin Leonard,
siswa peserta ekstra kurikuler kulintang.
Untuk
membuktikannya, mereka membawakan sebuah lagu berjudul ‘Simfoni yang Indah’
kepada Surabaya Post yang berkesempatan meliput ekskul mereka. Tampak, lagu
yang pernah popular dibawakan oleh Chrisye itu mengalun dengan indah, dalam
nuansa kulintang yang mendayu-dayu. “Lagu inilah yang dulu mengantar
kakak-kakak kami meraih juara nasional festival kulintang,” ujar Abraham Natanael,
peserta ekskul kulintang.
Selain
‘Simfoni yang indah’, dibawakan pula lagu daerah berjudul ‘manuk dadali’ yang juga
berbuah juara nasional. Memang peserta lomba kulintang tingkat nasional telah
banyak yang lulus sekolah, namun, pembinaan kreativitas mereka tetap terjaga
hingga saat ini. Terbukti, selepas juara pada tahun 2011, mereka tetap
melanjutkan tradisi juaranya di tahun 2012, dan hingga saat ini mereka
menyiapkan diri untuk mengikuti lomba-lomba yang terjadwal di tahun 2013.
Step
by Step, dari Lokal
hingga Menasional
Ekskul
kulintang aktif latihan setiap kamis
pagi Pukul 10.00. Intensitas berlatih mereka tak hanya berhenti pada jadwal
rutin, namun secara inisiatif para siswa meneruskan latihan mereka ketika ada
waktu senggang, di luar jam pelajaran sekolah. Intensitas latihan dan
kepercayaan diri yang cukup tinggi membuat mereka memberanikan diri mengikuti
festival-festival kulintang yang diadakan di kota Surabaya.
Lomba
pertama mereka adalah festival angklung dan kulintang yang diadakan oleh
manajemen Grand City, Surabaya. Lomba itu mengikutsertakan ratusan siswa yang
mewakili puluhan sekolah di Jawa Timur. Tak dinyana, puluhan sekolah itu
berhasil disingkirkan dari perebutan gelar oleh para siswa SDK St Carolus. Pada
kesempatan itu mereka berhasil meraih juara I tingkat Jawa Timur.
“Setelah
lomba Grand City, siswa-siswi kami pada 2011 mengikuti perlombaan kedua yang
diselenggarakan oleh Diknas, yang menentukan eksistensi siswa-siswi kami di
tingkat nasional,” ungkap Yanto, wakil kepala sekolah SDK St Carolus.
Perlombaan
kedua itu diraih dengan hasil memuaskan oleh para siswa peserta ekstra
kurikuler kulintang SDK St Carolus. Mereka mendapatkan juara I dan berhak
mewakili kota Surabaya dalam perlombaan tingkat Jawa Timur, yang
diselenggarakan di Taman Budaya, Surabaya.
Tradisi
Juara masih diteruskan. Mereka berhasil meraih juara I festival kulintang
tingkat Jawa Timur dan mewakili provinsinya di tingkat nasional. “Faktor
antusiasme, kemauan dan kreativitas siswa sangat menunjang dalam prestasi yang
mengantarkan mereka dalam kejuaraan tingkat nasional,” ujar Emy, kepala sekolah
SDK St Carolus.
Akhirnya
perlombaan kulintang tingkat nasionalpun tiba. Ketika itu Surabaya menjadi tuan
rumah perlombaan. SDK St Carolus tampil di hadapan dewan juri yang diisi oleh
musisi-musisi nasional, penggiat musik daerah yang sangat sangat tinggi jam
terbangnya. “Penilaian mereka didasarkan teknik, aransemen, sekaligus
pembawaannya, menyangkut kostum dan sebagainya. Waktu itu SDK St Carolus tampil
dengan menggunakankostum lagu daerah,” tutur Sugiyono.
Puncaknya,
SDK St Carolus dapat mengharumkan tuan rumah, kota Surabaya sekaligus Provinsi
Jawa Timur dalam perlombaan skala nasional tersebut. Mereka mendapat juara I
dan sudah barang tentu melegakan, mengingat kerja keras dan persiapan latihan
mereka selama berbulan-bulan.
“Kemarin,
saat ini, dan nanti, kami tetap setia menekuni ekstra kurikuler kulintang dan
tetap berusaha untuk meraih juara di setiap perlombaan,” pungkas Sugiyono,
sesuai dengan filosofi membangun sebuah bangsa harus diawali dengan membangun
budayanya. Jika semua individu memiliki kepedulian terhadap budaya bangsa,
seperti halnya SDK St Carolus yang memiliki kepedulian terhadap eksistensi
musik tradisional, maka Indonesia bukan tidak mungkin akan terpandang di mata
dunia.
Komentar
Sugiyono, pembina ekskul kulintang
“Belajar kulintang sebenarnya
sangat mudah. Asalkan siswa memiliki keinginan, fokus dan mau berproses
bersama-sama. Selain itu siswa juga dituntut memiliki kreativitas dalam olah
nada dan olah rasa.
Theresa
D.D, peserta ekskul kulintang
“Kulintang itu asyik, bisa
melestarikan musik Indonesia dengan cara berlatih dan belajar kulintang dengan
giat”
Diana
Cindrawati, peserta ekskul kulintang
“Kulintang itu bisa membangkitkan
semangat saya untuk menimba ilmu di bidang musik tradisi”
Abraham
Natanael Pattinasarani, peserta ekskul kulintang
“Saya senang bisa bermain musik
lewat kulintang. Selain itu saya ingin menjadi juara seperti kakak-kakak saya
yang dulu pernah juara”
Violin
Leonard, peserta ekskul kulintang
“Belajar kulintang itu mengasyikkan.
Bisa berkumpul dan berlatih bersama teman-teman”
Ponti
Selly, peserta ekskul kulintang
“Bisa ikut lomba-lomba adalah
salah satu keinginan saya. Makanya saya ikut ekstra kurikuler kulintang untuk
bisa mewujudkannya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar