BIODATA
Nama :
Prof. Dr. K.R.M.T. John Tondowidjojo. CM
Tempat Tanggal Lahir : Ngawi, 27 September 1934
Alamat :
Paroki Kristus Raja, Jl. Residen Sudirman, Surabaya
Riwayat Pendidikan :
-
Filsafat, Sekolah Tinggi Filsafat
Surabaya
-
Studi Teologia, Collegio Sale- Bignole,
Negroni, Genova, Italia
-
Komunikasi intercultural ‘Ethnologia’,
Pontificia Universitas Urbaniana, Roma, Italia
Spesialisasi :
-
Musik untuk ‘Komposisi dan Dirigent’ di
Centro della Cultura, Venezia, Italia
-
‘Communication, Art and Media’ di
Trinity and All Saints College, Leeds University, Inggris
-
Intensive Job Training di bidang
‘Publishing’, di National Communication Centre, Dublin-Irlandia
-
Intensive Job Training di bidang ‘Visual
Communication’, Selly Oak Colleges, Burmingham, Inggris
-
Intensive Job Training bidang ‘Radio,
Televisi dan Film’, National Communication Centre, Hatch End, London, Inggris
-
Intensive Job Training bidang ‘Community
Paper Journalism’ pada Communication Foundation for Asia , Manila, Filipina
-
Post-graduate study bidang
‘Interpersonal Communication and Public Relations’, Niagara University, Amerika
Serikat
-
Post-Graduate study bidang ‘Human
Resources Management’, World Trade Centre (WTC), Manhattan, Amerika Serikat
-
Sejak tahun 1965 menjadi wartawan freelance
di berbagai media cetak
Lembaga :
-
Anggota UNDA / OCIC Indonesia (televisi,
radio dan film)
-
Population Institute of the United
Nations, U.S.A
-
IPRA (International Public Relation
Association), Geneva
-
International Journalist (UCIP) Geneva,
Swiss dengan status Ambassador
-
Perhimpunan Hubungan Masyarakat
Indonesia (PERHUMAS)
-
Center for Business Ethics, U.S.A
-
AMIC (Asian Media Information and
Communication Center), Singapore
-
Pontificial Council for Culture, Vatican
-
IFDO (International Federation for
Training and Development Organization), U.S.A
-
ISKI (Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia)
-
ASTD (American Society for Training and
Development), U.S.A
Karier :
-
Imam Katolik sejak 1963
-
Pembina Sanggar Bina Tama, Surabaya
Professor Sepuh yang Produktif Berkarya
Alunan merdu lagu
pujian gereja Katolik siang itu menemani pertemuan saya dengan Prof.
Tondowidjojo, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Romo Tondo di Paroki
Kristus Raja, Surabaya. Di usianya yang menginjak 77 tahun, Romo Tondo masih
giat beraktivitas, baik menulis, membina yayasan dan mengajar di berbagai
universitas. Professor ahli komunikasi Ethnologia itu melontarkan
gagasan-gagasan yang ingin diraihnya sekaligus bercerita tentang masa lalunya
dimana ia pernah memiliki pengalaman menjadi wartawan lepas.
Sekalipun usianya telah sepuh, Romo Tondo masih tajam dalam mengemukakan gagasan dan ide-idenya. Tampak, tubuhnya masih fit dan segar-bugar. Saya yang penasaran kemudian menyinggung mengenai
resep sehatnya. Romo Tondo lalu mengungkapkan bahwa ia terbiasa dengan kedisiplinan
dalam menjalani rutinitas. “Disiplin diri dan disiplin waktu harus diterapkan
dalam hidup. Misalnya tidur harus teratur, makan teratur dan sebagainya,”
tandas kerabat dekat pahlawan nasional R.A Kartini itu. Ia juga mengungkapkan
pola makan yang ia terapkan bahwa ia lebih mementingkan makanan sehat daripada
makanan enak. “Makan makanan sehat lebih penting daripada makan makanan enak,”
tambahnya.
Pola hidup sehatnya itu
menunjang aktivitas mengajar, menulis, berkesenian dan memberi pelatihan
komunikasi dan jurnalistik yang dijalaninya sejak 1965 hingga kini. Romo Tondo
mengungkapkan pula bahwa di usianya yang sekarang, ia masih punya rencana untuk
menerbitkan buku karya terbarunya, yakni ‘Dunia Wayang Purwa dan Pendidikan’.
Buku itu akan diluncurkan kelak, tepat pada peringatan 10 tahun imamat, 31
Maret 2013. Ia menceritakan tentang pentingnya dunia pendidikan, utamanya untuk
membentuk karakter siswa. “Dalam wayang purwa banyak keteladanan yang dapat
dicontoh para siswa untuk membentuk karakter dirinya. Contohnya tokoh Abiyasa
dalam pewayangan yang memberi keteladanan bagi sesama,” ujarnya. Romo Tondo
juga mengungkapkan bahwa dunia pendidikan saat ini sangat kurang dalam hal
pendidikan ‘Character Building’. “Sekolah saat ini memang banyak mencetak orang
pintar, tapi bila pintar semata tanpa ditunjang karakter yang mumpuni, maka
hasilnya percuma. Ironisnya, banyak guru tidak mampu mengajar dengan baik.
Seharusnya guru selain mentransfer ilmu, mereka juga harus bisa membentuk
karakter anak didiknya,” tandasnya.
Romo Tondo berbicara
panjang lebar mengenai dunia pendidikan. Kepeduliannya terhadap dunia
pendidikan membuatnya menggagas sanggar Bina Tama, yang terletak di kompleks
Residen Sudirman, Surabaya. Sanggar Bina Tama menaungi anak-anak dari kalangan
tak mampu agar mereka bisa bersekolah. “Sanggar ini memiliki proyek anak asuh
dari kalangan keluarga miskin. Kami membantu mereka untuk bisa meraih masa
depannya dimana kami membantu pendidikan mereka dari SD hingga perguruan
tinggi,” ujarnya. Romo Tondo juga menjelaskan bahwa sanggar Bina Tama mendapat
bantuan dana dari para dermawan yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Yayasan
yang tiap tahunnya menerima 10 anak kurang mampu itu telah menghasilkan banyak
anak didiknya yang berhasil meraih masa depannya. “Guru besar Unsud, Prof.
Fransisca Suhartati dulunya adalah anak didik kami di sanggar Bina Tama,”
ungkapnya dengan bangga.
Dalam sanggar Bina Tama
yang dibinanya, Romo Tondo memaparkan bahwa ia menerapkan pendidikan karakter
dan budi pekerti kepada anak didiknya. Ia juga menjelaskan bahwa dukungan
orangtua sangat diperlukan dalam membentuk karakter anak didik. “Pendidikan di
Indonesia terlalu difokuskan kearah iptek sehingga pendidikan pengembangan
karakter dan budi pekerti menjadi kurang maksimal. Orangtua sebagai garda
terdepan haruslah peduli terhadap pengembangan karakter anak,” ujar putra
pasangan KRMT Tondowidjojo dan R.A Sutiretno Sosrobusono itu. Romo Tondo juga
memaparkan bahwa pendidikan karakter dan budi pekerti sangat perlu, sebab bila
tidak, anak akan menjadi tidak baik dan bangsa Indonesia akan kehilangan
generasi penjaga karakter bangsa.
Dalam mengembangkan karakter
anak didik, Romo Tondo telah melakukan sejumlah kegiatan yang menunjang
karakter anak, utamanya penanaman kecintaan terhadap budaya Indonesia. Ia kerap
mengadakan festival budaya nasional tiap tahun yang diikuti kalangan pelajar.
Menurutnya, penanaman kecintaan terhadap budaya nasional dapat menunjang
pengembangan karakter anak. “Budaya nasional harus benar-benar dijaga dan
ditanamkan dalam jiwa setiap anak didik supaya karakter bangsa ini tidak lenyap
oleh arus globalisasi,” ujarnya. Ia juga menyebutkan bahwa adanya pengaruh
global membuat anak lebih tertarik pada arus baru budaya asing. Akibatnya,
budaya bangsa semakin terpinggirkan, terlebih peran dunia pendidikan yang
kurang memperhatikan pendidikan pengembangan karakter dan kecintaan budaya bangsa.
“Padahal lewat budaya kita bisa membina nasionalisme. Pengaruh media massa dan
orangtua yang ikut arus budaya asing yang masuk ke Indonesia membuat anak bisa
kehilangan kecintaannya terhadap bangsanya sendiri,” paparnya. Ia juga
menyebutkan bahwa kepeduliannya terhadap dunia pendidikan sejalan pula dengan
dukungan gereja dalam dokumen Gravissimun Educationist, konsili Vatikan II,
yang menyebutkan bahwa gereja mengingatkan dan menekankan orangtua untuk
memberi pendidikan ‘Character Building’ pada anak.
Romo Tondo juga
mengisahkan bahwa aktifitas dan kegiatannya dalam menulis, berkesenian dan
pendidikan membuatnya selalu bersemangat dalam menjalani hidup. “Puji Tuhan
saya masih sangat sehat dan masih bisa beraktivitas dan berkarya, sebagai wujud
sumbangsih saya bagi umat, masyarakat maupun bangsa dan negara,” pungkasnya.
Wartawan
Freelance sekaligus Seniman Multitalenta
Selain menjadi imam,
Romo Tondo adalah wartawan freelance yang tergabung dalam UCIP (Union
Catholique International de la Press), forum wartawan internasional yang
bertempat di Geneva, Swiss dengan status ambassador. Ia menjelaskan bahwa ia
aktif sebagai wartawan freelance sejak tahun 1965 dan tulisannya banyak dimuat
di berbagai media massa.
Ditanya mengenai
kegemarannya sebagai wartawan, Romo Tondo menyebutkan bahwa semua itu tak lepas
dari kegemarannya menulis dan memperhatikan situasi. Ia juga menyebutkan bahwa
wartawan sebagai pemerhati manusia, haruslah memiliki misi untuk membangun
manusia supaya selaras, harmonis dan serasi dengan kehidupan. “Wartawan juga
tidak boleh melanggar kode etik kewartawanan dan harus lebih memperhatikan
etika jurnalistik. Wartawan yang baik adalah wartawan yang selalu giat
mempelajari masyarakat dan manusia,” ungkap peraih Man of the year dari PBB di
Amerika Serikat itu karena keaktifannya dalam kegiatan internasional dan
keahliannya di bidang ilmu komunikasi.
Romo Tondo juga
berkisah tentang kegiatannya berkeliling ke luar negri untuk mengikuti
konferensi maupun memberikan pengajaran. Di luar negri, ia selalu menyempatkan
diri untuk tampil di hadapan umum sembari memperkenalkan budaya Indonesia.
“Saya memakai pakaian adat Indonesia dan meminta untuk tampil selama 10-15
menit dengan tujuan memperkenalkan budaya bangsa di luar negri,” ujarnya. Ia
juga menceritakan tentang pengalamannya membawakan tarian nelayan ketika di
luar negri dan membawakan tari senam pagi nasional di BBC, London, Inggris.
Selain usahanya
memperkenalkan budaya Indonesia ke luar negeri, Romo Tondo juga memperkenalkan
musik Indonesia di luar negri. Pada 1960, ia mendalami pendidikan jurusan
direksi dan komposisi di Centro della Cultura, Venezia, Italia. Ia
mengungkapkan pula bahwa ia telah menciptakan 4 hymne. Ia aktif bermain musik
hingga sekarang dan memiliki segudang pengalaman tampil di dalam maupun luar
negri. “Saya pernah mengadakan demo permainan musik dan memimpin konser di
dalam dan luar negri.
Melukis adalah
keahliannya pula. Ia menunjukkan pada saya lukisan wayang yang ia
kerjakan pada 1957 dan lukisannya itu telah diperkenalkannya ke luar negri. “Saya gemar
melukis wayang. Lukisan saya pernah pula saya berikan pada acara ulang tahun
guru besar saya di Italia, namanya professor Giachino dari Universitas Brignole
Sale,” ujar professor yang juga anggota kependudukan nasional di PBB itu.
Aktivitas yang padat
diimbangi pola hidup yang sehat membuat Romo Tondo selalu tampak segar bugar
dan sehat walafiat. “Aktivitas yang padat harus diimbangi dengan pola hidup
sehat agar kita tetap semangat,” pungkas imam Katolik yang total 90 bukunya dikoleksi
oleh berbagai perpustakaan di Amerika Serikat dan Belanda itu.
* Tulisan saya ini pernah dimuat di Surabaya Post 09 Desember 2012
Slamat ulang tahun romo Tondo sehat sll n sll dlindungi Tuhan........ Doakan kami juga agar dpt mengikut jejakMu
BalasHapusSelamat jalan Romo Tondo....
BalasHapusSelamat jalan Romo Tondo...
BalasHapusSelamat Jalan Romo Tondo Terima Kasih atas semua Pelayanan mu selama ini...
BalasHapusProf.Dr. John Tondowidjojo Tondodiningrat has published a family tree of Hadingrat. My name is in the book and I would like contact with my Indonesian family from The Netherlands. Can you help me?
BalasHapus