BIODATA
Nama
Ekstra Kurikuler :
Science Club
Sekolah
:
Smpk St Stanislaus, Surabaya
Pembina
Ekstra Kurikuler :
Lilik Andajani
Prestasi
:
2011
-
Juara 1 Eco School tingkat Surabaya
-
Juara 1 Energy Challenge tingkat
Surabaya
2012
-
Juara 2 Eco School tingkat Surabaya
Award
Mingguan Sepanjang tahun 2012
-
Eco Teacher of the Week, program
pemeliharaan lingkungan hidup se- Surabaya
-
Eco Program of the Week, program
pemeliharaan lingkungan hidup se- Surabaya
-
Eco Mass Media Aproach of the Week,
program pemeliharaan lingkungan hidup se- Surabaya
-
Eco Student of the Week, program
pemeliharaan lingkungan hidup se- Surabaya
-
Eco Journalism of the Week, program
pemeliharaan lingkungan hidup se- Surabaya
-
Eco Headmaster of the Week, program
pemeliharaan lingkungan hidup se- Surabaya
Ekstra
Kurikuler Peduli Lingkungan ala Science Club
Berdasarkan data,
jumlah sampah yang dihasilkan oleh kota Surabaya perharinya mencapai 1100 ton.
Jumlah yang mencengangkan bukan? Sampah tentu menjadi salah satu persoalan
pelik di kota ini, dan sudah barang tentu dibutuhkan kepedulian berbagai pihak,
baik instansi pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan dan sebagainya.
Banyak hal yang bisa
dilakukan untuk mengelola sampah di Surabaya, misalnya, pemerintah mengadakan
penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah; bisa juga dengan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup; serta jika
dilihat dari kacamata institusi pendidikan, penanaman kedisiplinan anak untuk
membuang sampah sejak dini, penanaman kecintaan terhadap lingkungan hidup, juga
pemberian pengetahuan kepada anak untuk mengelola sampah dengan baik dan benar
adalah salah satu dari sekian banyak solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi
menumpuknya sampah di Surabaya.
Selama ini banyak sekolah
yang memberikan pelajaran tentang lingkungan hidup dan pelestariannya, namun,
jika pemberian pelajaran berlangsung hanya pada tataran teori tanpa praktik,
maka hal itu sama saja dengan nol besar. Hal itu merupakan salah satu
kegelisahan yang sangat disadari oleh Smpk St Stanislaus, salah satu institusi
pendidikan swasta di Surabaya.
Berawal dari ide dari pembina
ekstra kurikuler yang juga guru biologi dan kimia, Lilik Andajani, yang gelisah
terhadap pengetahuan yang diberikannya kepada siswa bisa jadi akan menguap
dengan sendirinya jika siswa tidak diajak untuk terjun langsung dalam praktek
pemeliharaan lingkungan hidup yang diajarkannya. Maka dari itu pada tahun 2011
dibentuklah ekstra kurikuler Science Club di Smpk St Stanislaus yang fokus pada
pemeliharaan lingkungan hidup serta pengolahan tanaman- tanaman tertentu
seperti klerak dan tanaman berjenis TOGA untuk dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari.
“Awal pembelajaran
memang di dalam kelas, kemudian saya kembangkan dalam bentuk ekstra kurikuler
untuk membina siswa agar peduli terhadap lingkungan hidup. Selain itu tujuannya
untuk mendidik para siswa agar mereka tidak terlalu bergantung pada bahan kimia,
melainkan memakai alternatif bahan lain yang ramah lingkungan,” ujar Lilik,
Pembina ekstra kurikuler Science Club. Di dalam ekstra kurikuler Science Club,
siswa diberi pengetahuan tentang pemeliharaan lingkungan serta dapat membuat
sendiri alternatif bahan ramah lingkungan untuk keperluan sehari-hari.
Untuk pemeliharaan
lingkungan hidup, para siswa anggota ekstra kurikuler Science Club dituntut
untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan sekolahnya menyangkut kebersihan
dan sebagainya. “Salah satunya kami diajarkan untuk membuat ‘keranjang
composter’, yakni tempat sampah inovatif yang bisa menyulap sampah menjadi
pupuk kompos,” terang Silvy Octavia, salah satu anggota ekstra kurikuler
Science Club.
Bagaimana cara membuat,
juga cara kerja ‘keranjang composter’? Para siswa ekstra kurikuler Science Club
memaparkan bahwa pembuatan keranjang itu diawali dengan mengalasi bagian dalam
keranjang dan menutup berbagai sisi dalam keranjang dengan kardus
bekas,kemudian bagian bawah diberi bantalan sekam, ditimbun dengan pupuk
kompos, kemudian ditutup kembali dengan bantalan sekam. “Setelah semua selesai
baru ditutup dengan kain dan akhirnya ditutup dengan penutup keranjang,” terang
Sausa, salah satu anggota ekstra kurikuler Science Club. ‘Keranjang Komposter’
ditaruh di beberapa sudut sekolah. Sampah yang dibuang ke dalamnya akan diolah
secara alami oleh bahan-bahan yang ada di dalam keranjang composter menjadi
pupuk yang berguna untuk menyuburkan tanaman.
Untuk pemeliharaan
lingkungan, selain membuat ‘keranjang composter’, para siswa dari ekstra
kurikuler Science Club juga diajarkan untuk membuat lubang biopori, yakni
lubang resapan yang dibuat dengan ukuran tertentu, yang diisi dengan sampah organik
yang berfungsi sebagai penyerap air ke tanah dan membuat kompos. “Pembuatan
lubang biopori ini membuat sekolah kami terbebas dari banjir. Biji-biji tanaman
yang terbuang ke tanahpun dapat tumbuh subur,” ujar Melania Setyawati, salah
satu anggota ekstra kurikuler Science Club.
Berkat usaha keras dari
ekstra kurikuler Science Club, pada 2011, Smpk St Stanislaus meraih juara 1
lomba bertajuk Eco School, yakni lomba pelestarian lingkungan hidup antar
sekolah se-Surabaya yang diselenggarakan oleh Pemkot dan bekerjasama dengan LSM
Lingkungan Hidup, Tunas Hijau. Dalam kejuaraan itu mereka mendapat penghargaan
atas pembudidayaan serta pemanfaatan tanaman klerak sebagai tanaman multiguna
yang mulai langka di Indonesia.
Cara mereka mengawali
budidaya tanaman klerak di sekolahnya juga terbilang unik. Mulanya, mereka
mencoba membuat lotion anti nyamuk dari biji klerak yang direndam dalam baker glass, kemudian air rendamannya
dicampur dengan body lotion. Setelah
usai, biji klerak dibuang di tanah dan secara tidak sengaja beberapa hari
kemudian dapat tumbuh subur. “Dari situ kami mulai membudidayakan klerak dan
mempelajari manfaatnya,” ujar Pietra, wakil Pembina ekstra kurikuler Science
Club Smpk st Stanislaus, Surabaya.
Selain digunakan
sebagai lotion anti nyamuk, para siswa ekstra kurikuler Science Club juga
memanfaatkan klerak sebagai bahan insektisida alami, sabun mandi, serta
shampoo. “Buah klerak mengandung zat saponin, yaitu bahan pembersih yang ramah
lingkungan. Orang-orang di pedesaan serta nenek moyang kita kerap menggunakan
klerak untuk mandi dan mencuci. Sayangnya kini orang lebih memilih bahan kimia
yang tak ramah lingkungan,” ujar Michael, salah satu anggota ekstra kurikuler
Science Club.
Berdasarkan
inovasi-inovasinya di bidang pemeliharaan lingkungan hidup dan pemanfaatan
bahan-bahan ramah lingkungan, Smpk St Stanislaus mendapatkan banyak perhatian
dari pemerintah dan seringkali memenangkan kejuaraan di bidang lingkungan
hidup. Pada 2012 mereka meraih juara II Eco School tingkat Surabaya, dan
berturut-turut meraih award mingguan, meliputi guru terbaik, kepala sekolah
terbaik, siswa terbaik, karya tulis terbaik, program pemeliharaan lingkungan
terbaik dan sebagainya.
“Semua tidak lepas dari
peran serta berbagai pihak untuk peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup,”
ujar Lilik Andajani, pembina ekstra kurikuler Science Club, Smpk St Stanislaus.
Berbakti
Kepada Masyarakat, Berkarya dan Persiapan Kejuaraan Internasional
Selain memelihara lingkungan
hidup di sekolah, siswa-siswi peserta ekstra kurikuler Science Club di Smpk St
Stanislaus juga berperan aktif di luar sekolah. Salah satunya mereka aktif
membuat lubang biopori di berbagai sekolah di Surabaya, juga blusukan ke kampung-kampung untuk
pembuatan lubang biopori serta aktif melakukan penyuluhan tentang lingkungan
hidup hingga bekerja bakti untuk memelihara kebersihan tempat ibadah.
“Contohnya Gereja Kristus Raja yang berdiri di depan sekolah kami. Disana kami
aktif melakukan kerja bakti serta membuat lubang biopori agar tidak terkena
banjir,” terang Carollina, siswa peserta ekstra kurikuler Science Club, Smpk St
Stanislaus, Surabaya.
“Semua itu menunjukkan
partisipasi aktif kami untuk menjaga dan memelihara lingkungan hidup agar tetap
lestari,” ujar Valeria Tasya, salah satu siswa anggota Science Club
Selain aktif berbakti
kepada masyarakat, Science Club saat ini tengah mengembangkan berbagai inovasi
tentang lingkungan hidup, salah satunya mereka merambah pada bidang budidaya
lele, membuat kertas dari daur ulang serta membuat jus bunga sepatu. “Kalau jus
bunga sepatu, bahannya dari buah sirsat, dicampur kelopak bunga sepatu,
kemudian dicampur gula dan es. Diblender dan jadilah jus yang nikmat dan
berfungsi untuk menyembuhkan batuk, panas dalam dan segala keluhan menyangkut
tenggorokan,” ujar Michael.W, salah satu
anggota Science Club
Hingga saat ini Smpk St Stanislaus kerap
dijadikan tempat studi banding dari berbagai instansi pendidikan untuk
mengetahui inovasi-inovasi mereka tentang pemeliharaan lingkungan hidup. Salah
satunya adalah sekolah YPJ Kuala Kencana, dari Papua yang datang beberapa bulan
lalu untuk belajar.
Ditanya mengenai
harapan ke depan, Lilik Andajani selaku Pembina memaparkan bahwa Science Club
yang kini anggotanya berjumlah sekitar 50 siswa itu akan terus mengembangkan
inovasi-inovasinya yang ramah lingkungan serta intensif untuk melakukan langkah
pemeliharaan terhadap lingkungan hidup. “Kalau lomba-lomba, saat ini kami
sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaraan Volvo Sains, yakni, proyek
sains tentang lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh United Nation
Environtment Program (UNEP) di tingkat internasional,” pungkasnya.
QUOTE
Lilik Andajani, Pembina
Science Club
“Melalui
ekstra kurikuler ini sekolah ingin mendidik siswa untuk berpikir kritis,
ilmiah, melatih kemampuan menulis dan lebih mencintai lingkungan”
Melania Setiawati
“Saya
menyukai Science Club kaena memberi banyak pengetahuan dan memberi manfaat
untuk kehidupan di masa depan”
Sausa. S
“Science
Club sangat menyenangkan. Selain itu berguna pula untuk menambah wawasan
tentang pemeliharaan lingkungan serta pemanfaatan bahan-bahan ramah lingkungan
Carollina. J
“Ekstra
Kurikuler Science Club sangat inspiratif dan dapat memotivasi generasi muda
lain agar mau mencintai lingkungannya”
Valeria Tasya
“Bagi
saya, kegiatan yang dilakukan di Science Club sangat inspiratif dan memotivasi
semangat kami untuk terus menjaga lingkungan hidup. Ciayoo!!”
Michael. AT
“Science
Club membuat saya seakan menjadi ilmuwan yang akrab dengan percobaan yang
menarik dan menantang!”
#Tulisan saya ini pernah dipublikasikan di Surabaya Post tanggal 27 Januari 2013
#Tulisan saya ini pernah dipublikasikan di Surabaya Post tanggal 27 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar