Gita Smala di Praga, Rep.Ceko |
Nama
Ekskul : Gita
Smala
Jenis
Ekskul : Paduan
Suara
Sekolah
: SMA 5
Surabaya
Ketua
:
Rahmat Fathony
Art
Director :
Bagus Syafrieza Paradhika
Pembina
:
Pudjiastuti
Berdiri
Sejak : 10
November 1989
Jumlah
Peserta : 50 orang
Prestasi
:
2009
:
-
Silver
Medal Mix Youth & Folklor ‘A Voyage of Songs’, Penang, Malaysia
2010
:
-
Gold
Medal FPS ITB di Bandung
2011
:
-
Menggelar
konser bersama orchestra Oratorio die Jahreszeiten di Surabaya
2012
:
-
Juara
I LPS Unair
-
Juara
II LPS Ubaya
-
Juara
I kategori mixed youth choir & medali emas kategori lagu rakyat & best
choreography 26th Praga Cantat, Republik Ceko
Gita Smala: Dua Kali Harumkan
Indonesia di Tingkat Dunia
Smalane
suci dalam pikiran/Smalane benar jika berkata/Smalane tepat dalam
tindakan/Smalane dapat dipercaya. Itulah lirik ‘Mars Smalone’ yang
dikumandangkan oleh tim paduan suara Gita Smala, SMAN 5 Surabaya. Di bawah
arahan art director, Bagus Syafrieza, mereka tampil dengan padu dan selaras.
Tenor, sopran, alto, bass adalah jenis-jenis karakter suara yang masing-masing
diisi oleh 4-5 anak.
“Mars
Smalane adalah lagu wajib kami tiap kali memulai atau mengakhiri latihan. Lirik
dalam lagu itu memiliki maksud agar tim Gita Smala dapat selalu berlatih secara
fokus, tepat dan konsentrasinya bagus,” ujar Pudjiastuti, Pembina Paduan Suara
Gita Smala. Setelah usai menyanyikan ‘Mars Smalone’, mereka melanjutkannya
dengan berlatih vokal bersama-sama.
Tahap
awal, para peserta Gita Smala melakukan pendalaman materi notasi, kemudian
mereka melakukan stretching vokal. Selama 10 menit kemudian dilanjutkan dengan
vocalizing dan dilanjutkan dengan penggarapan lagu. Pagi itu mereka membawakan
lagu ‘Angin Mamiri’, sebuah lagu daerah.
“Pitchnya
kurang naik sedikit! Tim sopran, kalian tidak usah ragu, buka mulut kalian,
spellnya harus jelas!,” begitulah gaya Bagus ketika melatih anak-anak didiknya.
Pria yang juga lulusan SMAN 5 itu tampak giat dalam memberikan materi. Tentunya
kesabaran juga salah satu aspek penting untuk bisa membentuk komposisi paduan
suara yang melibatkan banyak individu dengan tetap menonjolkan karakter vokal
masing-masing.
Didirikan
pada 10 November 1989, ekstra kurikuler Paduan Suara Gita Smala dalam
perjalanannya memiliki grafik peningkatan dalam hal kualitas, prestasi maupun
bertambahnya jumlah peminat. Bahkan, saat ini Gita Smala sampai perlu untuk
melakukan seleksi terhadap siswa-siswi yang ingin bergabung. “Itu karena
peminatnya sangat banyak. Jadi ya terpaksa diseleksi agar ekstra kurikuler ini
benar-benar berkualitas,” ujar Rahmat Fathony, ketua ekstra kurikuler Gita
Smala.
Salah
satu alasan siswa SMAN 5 tertarik untuk bergabung dengan Gita Smala adalah
prestasi. Ya, Gita Smala tak pernah sepi dari prestasi. Sejak awal berdirinya,
mereka sudah mengoleksi berbagai piagam kejuaraan paduan suara baik tingkat
lokal, nasional maupun provinsi. Itulah sebabnya ekskul yang satu ini menjadi
kebanggaan sekolah almamater Presiden Soekarno itu. Bahkan tahun 2009 prestasi mereka
sudah merambah ranah internasional!
Dalam
kesehariannya, Gita Smala selalu haus akan kompetisi paduan suara. Setiap
mendengar even tentang paduan suara, tanpa ba,bi,bu mereka langsung
mendaftarkan diri. “Baik itu even kampus maupun even pemerintah, even tingkat
apapun kami selalu antusias ikut serta di dalamnya. Even-even itulah yang
mengantar langkah kami sampai ke even prestisius tingkat dunia,” ujar Aquila C.
Adimurti, anggota Gita Smala. Dan benar saja, kerap kali menang dalam kompetisi
Paduan Suara dalam berbagai kategori, akhirnya Paduan Suara Gita Smala didapuk
mewakili Indonesia dalam kejuaraan Paduan Suara tingkat dunia di Penang,
Malaysia, saat itu tahun 2009.
Kejuaraan
yang bertajuk Silver Medal Mix Youth & Folklor ‘A Voyage of Songs’, Penang,
Malaysia itu diikuti oleh puluhan tim paduan suara yang telah mengikuti seleksi
di tingkat negara masing-masing, termasuk Gita Smala yang mewakili Indonesia,
menyisihkan ratusan tim paduan suara di tingkat nasional. “Dengan penuh
semangat dan percaya diri, kakak-kakak kami periode 2009 berjuang membawa nama
bangsa di pundaknya,” ungkap Ahmad Wisesa, anggota Gita Smala dengan nada
heroik.
Walhasil,
pada 2009, tim paduan suara Gita Smala yang kini telah menjadi alumni itu
menyabet medali perak. “Sebuah kebanggaan besar bagi SMAN 5 ketika itu.
Semangat kakak-kakak yang waktu itu meraih prestasi paduan suara paling
bergengsi tingkat dunia itulah yang semakin memicu semangat kami tetap
bersemangat, meneruskan prestasi mereka,” ungkap Priskila Kurniandini, anggota
Gita Smala.
Tahun-tahun
berikutnya, tradisi juara masih melekat dalam nama besar Gita Smala. Pada 2011,
mereka berhasil mendapatkan berbagai gelar juara hingga meraih medali emas
dalam kejuaraan paduan suara di ITB. Pada 2012, mereka beberapa kali mendapat
gelar juara dalam kompetisi-kompetisi tingkat lokal hingga nasional, dan yang
paling prestisius, bahkan melebihi 2009, mereka berhasil meraih juara dunia
dalam tiga kategori sekaligus, yakni Juara I kategori mixed youth choir, medali emas kategori lagu rakyat & best
choreography 26th di Praga Cantat, Republik Ceko.
Bukan Kejar
Tayang
Apa
resep kesuksesan Gita Smala hingga bisa berprestasi sampai tingkat
internasional? “Saya tak ingin memakai sistem kejar tayang,” ungkap Bagus. Maksudnya,
bahwa Gita Smala selalu memfokuskan diri dalam latihan sehari-hari, bukan hanya
pada saat ada pentas besar saja. “Metode pengajar kami terbukti sukses dalam
memenangkan setiap perlombaan. Semua porsi dalam latihan baik sehari-hari
maupun menjelang kompetisi selalu sama. Tidak ada perbedaan. Kami selalu
fokus,” ungkap Laras Citra Ayu, anggota Gita Smala.
Resep
sukses kedua, menurut para anggota Gita Smala adalah penataan koreografi yang
terencana serta pelatihan pembawaan lagu dengan intensif. “Penjiwaan dalam
pembawaan lagu sangatlah penting. Bila sebuah lagu dijiwai dengan
sungguh-sungguh, maka hasilnya akan sangat maksimal. Begitupula koreografi.
Dalam setiap pementasan kami selalu menunjukkan koreografi khas yang berbau
budaya Indonesia,” ungkap Amalia Dini Ghasani, anggota Gita Smala.
Kita
pasti pernah dengar nama Gombloh, musisi maestro progressive rock di Indonesia.
Musisi yang melegenda itu adalah alumnus SMAN 5 yang menjadi ikon kesuksesan
SMAN 5 dalam hal bermusik. Semangat Gombloh dalam meraih kesuksesan juga
menjadi inspirasi Gita Smala sepanjang perjalanan meniti langkah mengkoleksi
piala kejuaraan.
Menjadi Nomor
Satu di Tengah Bulir-Bulir Salju
Praga,
sebuah kota yang menjadi bagian dari Republik Ceko, sebuah negara yang berada
dalam kawasan Eropa tengah. Pertengahan 2012 adalah masa transisi musim di
Eropa, dari hangat musim semi menjadi salju yang dingin menusuk tulang.
Karakter musim yang berbeda jauh dari iklim tropis Nusantara itulah yang
ditemui pertama kali oleh tim paduan suara Gita Smala saat menjejakkan kaki di
negara itu.
“Pertama
kali yang kami lakukan adalah bermain salju,” kenang Dicky Johar sambil
tertawa. Memang, dalam rangka mengikuti perlombaan paduan suara internasional
di Republik Ceko, mereka menjumpai salju untuk pertama kali. Tentu saja, tim
Gita Smala juga berkisah bahwa cuaca saat itu luar biasa dingin.
Di
Praga, mereka ditemui oleh konsulat KBRI di Republik Ceko, yakni Emiria Amir
Siregar. “Ibu konsulat yang pernah tinggal di Surabaya berpesan kepada kami
untuk membawa semangat ‘bonek’ di sini,” kenang Rahmat Fathony. Semangat bonek
(bondo nekad) itulah yang melandasi kepercayaan diri Gita Smala untuk mengikuti
lomba tingkat dunia itu.
Pada
waktu yang telah ditentukan, kompetisi pun dimulai. Puluhan tim tampil
bergiliran. Semua tampak membawakan komposisi paduan suara yang memukau.
Bedanya, tim Gita Smala tampil dengan koreografi khas budaya Indonesia dengan
kostum daerah. Total 8 lagu dibawakan, meliputi Jagdlied (sebuah lagu Jerman),
A Boy and a Girl, Kalinda (lagu dari Haiti), Angin Mamiri, Caping Gunung, Sik
Sik si Batu Manikam, Iddem dem Mallida (lagu dari Fillipina) dan
Bungong
Jeumpa.
Rupanya
suasana dingin musim salju dan perasaan tegang dapat diatasi oleh tim paduan
suara Gita Smala saat tampil di atas panggung. “Ketika Gita Smala tampil, saya
berada tepat di belakang dewan juri dari berbagai negara. Sejenak mendengarkan
komposisi Gita Smala, secara spontan para juri mengeluarkan handycam dan
bergumam, ‘Amazing’,” ungkap Pudjiastuti.
Walhasil,
usai pementasan, standing applause sangat riuh, bahkan dari dewan juri. Banyak
peserta maupun penonton yang berebut mengambil foto. Paduan Suara Gita Smala
SMAN 5 tampil mengesankan.
Dan
benar, beberapa saat setelah hasil perlombaan diumumkan, merah-putih berkibar.
Komentar
“Life
is music. Only with Gita Smala I feel my music”
Priskila
Kurniandini
“Gita Smala menghidupkan jiwa bermusikku”
“Gita Smala menghidupkan jiwa bermusikku”
Rahmat Fathony Sasongko
“Gita
Smala selalu bisa membuat saya senang dan kembali bersemangat setelah seharian
belajar di sekolah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar