Cari Blog Ini

Kamis, 18 April 2013

Gita Smala SMAN 5 Surabaya






Gita Smala di Praga, Rep.Ceko


Nama Ekskul                           : Gita Smala
Jenis Ekskul                            : Paduan Suara
Sekolah                                   : SMA 5 Surabaya
Ketua                                      : Rahmat Fathony
Art Director                            : Bagus Syafrieza Paradhika
Pembina                                  : Pudjiastuti
Berdiri Sejak                           : 10 November 1989
Jumlah Peserta                         : 50 orang
Prestasi                                    :

2009 :
-          Silver Medal Mix Youth & Folklor ‘A Voyage of Songs’, Penang, Malaysia

2010 :
-          Gold Medal FPS ITB di Bandung

2011 :
-          Menggelar konser bersama orchestra Oratorio die Jahreszeiten di Surabaya

2012 :
-          Juara I LPS Unair
-          Juara II LPS Ubaya
-          Juara I kategori mixed youth choir & medali emas kategori lagu rakyat & best choreography 26th Praga Cantat, Republik Ceko


Gita Smala: Dua Kali Harumkan Indonesia di Tingkat Dunia

Smalane suci dalam pikiran/Smalane benar jika berkata/Smalane tepat dalam tindakan/Smalane dapat dipercaya. Itulah lirik ‘Mars Smalone’ yang dikumandangkan oleh tim paduan suara Gita Smala, SMAN 5 Surabaya. Di bawah arahan art director, Bagus Syafrieza, mereka tampil dengan padu dan selaras. Tenor, sopran, alto, bass adalah jenis-jenis karakter suara yang masing-masing diisi oleh 4-5 anak.

“Mars Smalane adalah lagu wajib kami tiap kali memulai atau mengakhiri latihan. Lirik dalam lagu itu memiliki maksud agar tim Gita Smala dapat selalu berlatih secara fokus, tepat dan konsentrasinya bagus,” ujar Pudjiastuti, Pembina Paduan Suara Gita Smala. Setelah usai menyanyikan ‘Mars Smalone’, mereka melanjutkannya dengan berlatih vokal bersama-sama.

Tahap awal, para peserta Gita Smala melakukan pendalaman materi notasi, kemudian mereka melakukan stretching vokal. Selama 10 menit kemudian dilanjutkan dengan vocalizing dan dilanjutkan dengan penggarapan lagu. Pagi itu mereka membawakan lagu ‘Angin Mamiri’, sebuah lagu daerah.

“Pitchnya kurang naik sedikit! Tim sopran, kalian tidak usah ragu, buka mulut kalian, spellnya harus jelas!,” begitulah gaya Bagus ketika melatih anak-anak didiknya. Pria yang juga lulusan SMAN 5 itu tampak giat dalam memberikan materi. Tentunya kesabaran juga salah satu aspek penting untuk bisa membentuk komposisi paduan suara yang melibatkan banyak individu dengan tetap menonjolkan karakter vokal masing-masing.

Didirikan pada 10 November 1989, ekstra kurikuler Paduan Suara Gita Smala dalam perjalanannya memiliki grafik peningkatan dalam hal kualitas, prestasi maupun bertambahnya jumlah peminat. Bahkan, saat ini Gita Smala sampai perlu untuk melakukan seleksi terhadap siswa-siswi yang ingin bergabung. “Itu karena peminatnya sangat banyak. Jadi ya terpaksa diseleksi agar ekstra kurikuler ini benar-benar berkualitas,” ujar Rahmat Fathony, ketua ekstra kurikuler Gita Smala.

Salah satu alasan siswa SMAN 5 tertarik untuk bergabung dengan Gita Smala adalah prestasi. Ya, Gita Smala tak pernah sepi dari prestasi. Sejak awal berdirinya, mereka sudah mengoleksi berbagai piagam kejuaraan paduan suara baik tingkat lokal, nasional maupun provinsi. Itulah sebabnya ekskul yang satu ini menjadi kebanggaan sekolah almamater Presiden Soekarno itu. Bahkan tahun 2009 prestasi mereka sudah merambah ranah internasional!

Dalam kesehariannya, Gita Smala selalu haus akan kompetisi paduan suara. Setiap mendengar even tentang paduan suara, tanpa ba,bi,bu mereka langsung mendaftarkan diri. “Baik itu even kampus maupun even pemerintah, even tingkat apapun kami selalu antusias ikut serta di dalamnya. Even-even itulah yang mengantar langkah kami sampai ke even prestisius tingkat dunia,” ujar Aquila C. Adimurti, anggota Gita Smala. Dan benar saja, kerap kali menang dalam kompetisi Paduan Suara dalam berbagai kategori, akhirnya Paduan Suara Gita Smala didapuk mewakili Indonesia dalam kejuaraan Paduan Suara tingkat dunia di Penang, Malaysia, saat itu tahun 2009.

Kejuaraan yang bertajuk Silver Medal Mix Youth & Folklor ‘A Voyage of Songs’, Penang, Malaysia itu diikuti oleh puluhan tim paduan suara yang telah mengikuti seleksi di tingkat negara masing-masing, termasuk Gita Smala yang mewakili Indonesia, menyisihkan ratusan tim paduan suara di tingkat nasional. “Dengan penuh semangat dan percaya diri, kakak-kakak kami periode 2009 berjuang membawa nama bangsa di pundaknya,” ungkap Ahmad Wisesa, anggota Gita Smala dengan nada heroik.

Walhasil, pada 2009, tim paduan suara Gita Smala yang kini telah menjadi alumni itu menyabet medali perak. “Sebuah kebanggaan besar bagi SMAN 5 ketika itu. Semangat kakak-kakak yang waktu itu meraih prestasi paduan suara paling bergengsi tingkat dunia itulah yang semakin memicu semangat kami tetap bersemangat, meneruskan prestasi mereka,” ungkap Priskila Kurniandini, anggota Gita Smala.

Tahun-tahun berikutnya, tradisi juara masih melekat dalam nama besar Gita Smala. Pada 2011, mereka berhasil mendapatkan berbagai gelar juara hingga meraih medali emas dalam kejuaraan paduan suara di ITB. Pada 2012, mereka beberapa kali mendapat gelar juara dalam kompetisi-kompetisi tingkat lokal hingga nasional, dan yang paling prestisius, bahkan melebihi 2009, mereka berhasil meraih juara dunia dalam tiga kategori sekaligus, yakni Juara I kategori mixed youth choir,  medali emas kategori lagu rakyat & best choreography 26th di Praga Cantat, Republik Ceko.


Bukan Kejar Tayang

Apa resep kesuksesan Gita Smala hingga bisa berprestasi sampai tingkat internasional? “Saya tak ingin memakai sistem kejar tayang,” ungkap Bagus. Maksudnya, bahwa Gita Smala selalu memfokuskan diri dalam latihan sehari-hari, bukan hanya pada saat ada pentas besar saja. “Metode pengajar kami terbukti sukses dalam memenangkan setiap perlombaan. Semua porsi dalam latihan baik sehari-hari maupun menjelang kompetisi selalu sama. Tidak ada perbedaan. Kami selalu fokus,” ungkap Laras Citra Ayu, anggota Gita Smala.
 
Resep sukses kedua, menurut para anggota Gita Smala adalah penataan koreografi yang terencana serta pelatihan pembawaan lagu dengan intensif. “Penjiwaan dalam pembawaan lagu sangatlah penting. Bila sebuah lagu dijiwai dengan sungguh-sungguh, maka hasilnya akan sangat maksimal. Begitupula koreografi. Dalam setiap pementasan kami selalu menunjukkan koreografi khas yang berbau budaya Indonesia,” ungkap Amalia Dini Ghasani, anggota Gita Smala.

Kita pasti pernah dengar nama Gombloh, musisi maestro progressive rock di Indonesia. Musisi yang melegenda itu adalah alumnus SMAN 5 yang menjadi ikon kesuksesan SMAN 5 dalam hal bermusik. Semangat Gombloh dalam meraih kesuksesan juga menjadi inspirasi Gita Smala sepanjang perjalanan meniti langkah mengkoleksi piala kejuaraan.



Menjadi Nomor Satu di Tengah Bulir-Bulir Salju

Praga, sebuah kota yang menjadi bagian dari Republik Ceko, sebuah negara yang berada dalam kawasan Eropa tengah. Pertengahan 2012 adalah masa transisi musim di Eropa, dari hangat musim semi menjadi salju yang dingin menusuk tulang. Karakter musim yang berbeda jauh dari iklim tropis Nusantara itulah yang ditemui pertama kali oleh tim paduan suara Gita Smala saat menjejakkan kaki di negara itu.

“Pertama kali yang kami lakukan adalah bermain salju,” kenang Dicky Johar sambil tertawa. Memang, dalam rangka mengikuti perlombaan paduan suara internasional di Republik Ceko, mereka menjumpai salju untuk pertama kali. Tentu saja, tim Gita Smala juga berkisah bahwa cuaca saat itu luar biasa dingin.

Di Praga, mereka ditemui oleh konsulat KBRI di Republik Ceko, yakni Emiria Amir Siregar. “Ibu konsulat yang pernah tinggal di Surabaya berpesan kepada kami untuk membawa semangat ‘bonek’ di sini,” kenang Rahmat Fathony. Semangat bonek (bondo nekad) itulah yang melandasi kepercayaan diri Gita Smala untuk mengikuti lomba tingkat dunia itu.

Pada waktu yang telah ditentukan, kompetisi pun dimulai. Puluhan tim tampil bergiliran. Semua tampak membawakan komposisi paduan suara yang memukau. Bedanya, tim Gita Smala tampil dengan koreografi khas budaya Indonesia dengan kostum daerah. Total 8 lagu dibawakan, meliputi Jagdlied (sebuah lagu Jerman), A Boy and a Girl, Kalinda (lagu dari Haiti), Angin Mamiri, Caping Gunung, Sik Sik si Batu Manikam, Iddem dem Mallida (lagu dari Fillipina) dan
Bungong Jeumpa.

Rupanya suasana dingin musim salju dan perasaan tegang dapat diatasi oleh tim paduan suara Gita Smala saat tampil di atas panggung. “Ketika Gita Smala tampil, saya berada tepat di belakang dewan juri dari berbagai negara. Sejenak mendengarkan komposisi Gita Smala, secara spontan para juri mengeluarkan handycam dan bergumam, ‘Amazing’,” ungkap Pudjiastuti.
Walhasil, usai pementasan, standing applause sangat riuh, bahkan dari dewan juri. Banyak peserta maupun penonton yang berebut mengambil foto. Paduan Suara Gita Smala SMAN 5 tampil mengesankan.

Dan benar, beberapa saat setelah hasil perlombaan diumumkan, merah-putih berkibar.



Komentar

 



Aquila C. Adimurti, anggota Gita Smala
“Life is music. Only with Gita Smala I feel my music”











Priskila Kurniandini
“Gita Smala menghidupkan jiwa bermusikku”



 







Laras Citra Ayu
“Love, passion, live, dreams, laugh, togetherness, I found all in Gita Smala”

 









 Amalia Dini Ghassani 
“Gita Smala tidak hanya untuk belajar music, tapi juga sosial budaya, kepemimpinan, bahasa dan lain-lain”












Rahmat Fathony Sasongko
“Gita Smala selalu bisa membuat saya senang dan kembali bersemangat setelah seharian belajar di sekolah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar