Nama
Ekskul :
Dapuda Dance School
Jenis
Ekskul : Seni
Tari
Sekolah
: SMPN
22 Surabaya
Pembina
:
Suyitno, Riries Damayanti
Ketua
Ekskul : Itdihar
Nur Adibah
Jumlah
Peserta : 35 orang
Prestasi
:
2011
:
-
Juara
I Parade Tari Nusantara tingkat nasional di Jakarta
-
Juara
I yel-yel DBL
-
Juara
II Cak dan Ning Cilik tingkat Surabaya
-
Juara
I lomba tari tradisional di SMKN 9 Surabaya
2012
:
-
Pertukaran
Pelajar Seni Jepang-Indonesia
-
Juara
I lomba tari tradisional di THR Surabaya
-
Juara
III lomba boyband dan koreografi se-Jawa Timur
Meraih
Prestasi dan Mencipta Karya Lewat Tari
Sendratari
Sawunggaling. Ya, kisah tentang Sawunggaling, pahlawan asal Surabaya yang
dengan gigih melawan kompeni Belanda itu dipentaskan secara anggun dalam bentuk
sebuah tarian. Dengan gemulai selendang dipermainkan oleh penari, menyelip
diantara jemari-jemari dan sesekali terlihat berkibar seakan penari adalah
mahluk bersayap yang sedang menikmati perjalanan menyusuri awan.
Selendang itu adalah
simbol dari selendang Cinde Puspita titipan ibu kandungnya yang dibawa
Sawunggaling kepada ayahnya, adipati Jayengrana. Berkat selendang itu
Jayengrana percaya bahwa Sawunggaling adalah benar-benar anak kandungnya. Sosok
yang dalam perjalanan kisahnya itu diceritakan berhasil membunuh Jenderal De
Boor, jenderal militer Belanda di Surabaya itu dipentaskan secara apik oleh Itdihar
Nur Adibah, seorang siswa SMPN 22.
Itulah tarian yang
mengantar Adiba menjadi juara I parade seni Nusantara yang diselenggarakan di
Jakarta. Saat itu ia berhasil mengalahkan para pesaingnya yang berasal dari
berbagai latar belakang tingkat akademis dan dari berbagai daerah. Sedangkan
Adibah sendiri saat itu masih kelas VIII SMP.
Pada saat perlombaan,
seusai Adibah tampil membawakan sendratari Sawunggaling, penampilannya itu
mendapat applause paling meriah dari para juri dan penonton. Alhasil, saat
pengumuman disampaikan, Adibah mendapat juara I Parade Seni Tari Nusantara
tingkat nasional, mengalahkan pesaing-pesaingnya yang kebanyakan telah duduk di
bangku SMA, bahkan kuliah.
“Sebelum lomba, selama satu bulan penuh saya
ditatar oleh para pengajar saya di ekskul Dapuda Dance School,” ujar Adibah.
Apa itu Dapuda Dance School? Rupanya, di balik kesuksesan Adibah dalam meraih
prestasi tak lepas dari peran Dapuda Dance School yang telah mendidiknya secara
disiplin dan fokus. Dapuda Dance School adalah salah satu ekstra kurikuler yang
ada dalam SMPN 22 Surabaya yang kerap mengantar anak didiknya meraih prestasi.
“Dulu Adiba merupakan
salah satu siswa yang terpilih untuk mewakili Jawa Timur dalam Parade Seni
Nusantara tingkat nasional. Setelah terpilih, tentu kami melakukan pelatihan
intensif selama 1 bulan supaya dia bisa maksimal, dan ternyata terbukti, Adiba
meraih juara I tingkat nasional,” ujar Suyitno, pengajar ekstra kurikuler seni
tari Dapuda Dance School.
Sebagai ekstra
kurikuler seni tari yang ada di SMPN 22 yang juga memiliki segudang prestasi,
Dapuda Dance School berhasil menjaring siswa untuk terlibat di dalamnya. Hingga
saat ini Dapuda Dance School memiliki jumlah peminat sebanyak 35 orang. Ditanya
mengenai pilihan, salah satu peserta ekskul Dapuda Dance School, Aprilia
Rahmasari menerangkan bahwa konsep yang digunakan oleh Dapuda Dance School
dalam melakukan pengajaran sangatlah menarik dan kreatif. “Inovasi para pengajar
dan cara mengajarnya itulah yang membuat siswa jadi enjoy dan bersemangat.
Itulah sebabnya kami selalu berprestasi,” ujarnya.
Dikatakan inovatif
sebab Dapuda Dance School adalah ekskul yang berbeda dengan ekskul sejenis di
Surabaya. Dalam Dapuda Dance School diajarkan dua bentuk tarian, yakni tradisional
maupun modern. Merekapun memiliki inovasi menciptakan sebuah tarian
kontemporer, perpaduan dari keduanya. “Kalau di sekolah lain yang ada ekskul
dance dibagi dua, yakni tradisional dan tari modern. Sedangkan di ekskul kami,
keduanya diajarkan,” ujar Annisa Irma, salah satu peserta ekstra kurikuler
Dapuda Dance School.
Bagaimana prosentase
porsi pengajaran tari tradisional dan tari modern yang diajarkan oleh Dapuda
Dance School kepada anak didiknya? “50:50. Porsinya sama. Siswa selain mampu
menguasai seni tari modern, juga harus
mengetahui seni tari tradisi. Tujuannya, siswa menguasai seni tari modern agar
dapat mengikuti perkembangan zaman, sedangkan tari tradisional, siswa dituntut memiliki
kepedulian terhadap usaha melestarikan budaya Indonesia, khususnya seni tari,”
ujar Suyitno.
Dalam setiap latihan, Dapuda
Dance School membagi waktu ekskulnya selama 2 jam: 15 menit pertama para siswa
berlatih modern dance, 15 menit berikutnya para siswa berlatih tari
tradisional, begitu seterusnya hingga ekstra kurikuler selesai. Mereka aktif
berlatih rutin seminggu sekali dan jika ada even perlombaan dan sebagainya,
mereka otomatis menambah jadwal latihan.
Ditanya mengenai
tahapan-tahapan berlatih seni tari, mereka memaparkan bahwa awalnya mereka
melakukan pemanasan fisik, kemudian dilatih untuk mengenal gerakan-gerakan
dasar tarian, formasi dan penghayatan terhadap tarian dan lagu. “Setelah semua
selesai, barulah menyelaraskan gerak tarian dan musik,” papar Hafara Ulufan
Nuri, salah satu peserta Dapuda Dance
School SMPN 22 Surabaya.
Jenis-jenis tarian yang
diajarkan dalam ekskul Dapuda Dance School dalam jenis tari tradisional
meliputi tari Jejer, tari Labas, tari Banjar Kemuning, remo dan sebagainya.
Sedangkan jenis tarian modern, mereka diajari untuk berlatih tarian hip-hop.
“Ada tarian yang
dibawakan secara grup, adapula yang perseorangan. Grup, jika tari tradisi,
misalnya tari Lenggang Putri, membutuhkan ubarampe atau perlengkapan tarian
seperti kipas, payung dan gongseng (gelang bergemerincing yang dipasang di
kaki). Sedangkan musiknya adalah musik perkusi. Para pengajar yang membuat
musiknya,” terang Novarinda Fanny,
peserta yang lain.
Tari Remo menurut para
siswa adalah salah satu jenis tarian yang paling susah untuk dibawakan.
Mengapa? Karena penari remo dituntut menunjukkan kelenturan tangan, mengikuti
tempo musik dengan pas, ekspresi juga keharusan untuk tampil gagah seperti
laki-laki sekalipun yang membawakannya adalah penari perempuan. “Itulah yang
membuat tari remo cukup sulit untuk dipelajari. Tapi kami tetap antusias karena
remo memiliki tantangan tersendiri,” ujar Rhesa Mileniasari, salah satu peserta
ekskul Dapuda Dance School.
Antusiasme siswa yang
cukup tinggi, diimbangi dengan kemampuan para pengajar, yakni Suyitno dan
Riries Damayanti dalam membina anak-anak didiknya membuat daya tangkap siswa
semakin terasah. Selain itu para siswa juga diasah memiliki kepedulian terhadap
eksistensi seni tari, baik modern, terlebih tradisional. Prestasi yang seimbang
dengan kepedulian menjaga kebudayaan itu merupakan bentuk kepedulian siswa
terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Seniman
Jepang pun Kagumi ‘Pesona Khatulistiwa’
Para penari terlihat
membentuk formasi. Mereka berdiri sejajar, sesekali saling membelakangi,
kemudian membentuk komposisi pementasan yang anggun. Mereka membentuk sebuah
tarian dengan kelenturan khas tarian tradisional. Beberapa saat kemudian mereka
melakukan gerakan-gerakan khas tarian modern yang keduanya membentuk perpaduan
yang unik.
“Kesenian dari waktu ke
waktu semakin berkembang. Begitupula seni tari. Dapuda Dance School memadukan
kedua jenis tarian dari dua zaman yang berbeda dan keduanya diolah hingga
tercipta tarian kreasi baru yang kami beri nama ‘Pesona Khatulistiwa’,” ujar
Suyitno.
Pesona Khatulistiwa
adalah sebuah karya seni tari yang merupakan hasil dari inovasi Dapuda Dance
School. Dalam tarian itu digambarkan wujud negara khatulistiwa, Indonesia, yang
memiliki keragaman budaya dan keindahan alamnya. Karya yang merupakan kreasi
mereka itu kerap dipentaskan pada acara-acara baik di dalam maupun di luar
sekolah.
“Tari kreasi kami itu
mengundang perhatian dari instansi pendidikan SJS (Sekolah Jepang Surabaya).
Beberapa siswa dan pengajarnya, termasuk para pemerhati kesenian dari Jepang
tertarik dengan tarian kami dan menawarkan melakukan pertukaran pelajar seni
antara Indonesia-Jepang,” ujar Adibah.
Berkat ketertarikannya,
para peserta ekskul Dapuda Dance Schoolpun menyetujui tawaran itu dan
dilakukanlah ajang pertukaran pelajar seni yang berlangsung dari tahun 2011
hingga sekarang.
Dalam perkembangannya,
Dapuda Dance School selain kerap diundang tampil di SJS, mereka juga sering tampil
dalam even-even kesenian di Surabaya maupun di kota-kota di Jawa Timur.
Merekapun kerap melakukan pementasan di sekolah dan tidak lupa membawakan tari
kreasi mereka yang konon mereka ciptakan dalam kurun waktu kurang lebih selama
10 bulan.
Wujud kreatif dan
inovatifnya para generasi muda yang semakin mengikuti perkembangan zaman tanpa
meninggalkan masa lalu sebagai warisan adiluhung dari para nenek moyang.
Komentar
“Selama
mengajar di SMPN 22, saya sangat senang dikarenakan daya tangkap anak-anak
sekaligus minatnya cukup tinggi dalam melakukan olah seni tari”
“Selama
menjadi kapten ekskul, saya bangga dengan kekompakan semua peserta ekskul yang
semakin hari semakin bagus. Mereka memiliki minat dan bakat yang bagus dan
mampu menjaga solidaritas sesama penari”
“Konsep
yang diberikan para pengajar di ekskul ini selalu menarik dan kreatif sehingga
kami tidak pernah bosan untuk berlatih”
“Suasana
dan sistem mengajar dalam ekskul ini sangat asyik, menarik, kocak dan seru.
Kami tidak pernah merasa jenuh, terlebih para pengajarnya selalu membuat
suasana have fun”
“Gerakan
dalam tarian yang kami pelajari dalam ekskul ini diantaranya unik dan rumit.
Namun kami menyebutnya sebagai tantangan dan terus berusaha untuk melakukan
yang terbaik”
Novarinda Vanny K.P, peserta ekskul
“Dalam
ekskul ini kami dapat mengasah bakat, mendapat pengalaman serta teman baru.
Kami selalu kompak dan membina kebersamaan kami dalam ekskul ini”
“Ekskul
ini membuat kami dapat mengasah bakat dan mendapatkan banyak pengalaman”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar